Curiculum Vitae

Mataram , Nusa Tenggara Barat, Indonesia

Kamis, 17 Januari 2013

KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN DALAM MULTI PERSPEKTIF (Suatu Tinjauan tentang Keberhasilan Pendidikan)


I. PENDAHULUAN

Setiap pengelola pendidikan menginginkan suatu lembaga pendidikan yang dikelolanya berhasil dengan melahirkan siswa yang berkualitas dari aspek akademik maupun non akademik. Namun sering kali keinginan itu terbentur oleh anggapan bahwa pendidikan yang dikelola jarang menghasilkan out-put yang memauaskan hal ini didasari dengan berbagai pemikiran-pemikiran dan kenyataan yang ada karena sebagian siswa kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Sehingga masyarakat menilai bahwa sekolah A berhasil dan sekolah B kurang atau tidak berhasil dengan argumen dan alasan sederhana sebagai keputusan mereka yang biasanya dikaitkan dengan kenyataan bahwa sekolah tertentu diminati oleh banyak orang; lulusannya banyak tertampung oleh sekolah-sekolah lanjutan dianggap baik atau mendapat kedudukan yang baik atau mampu berdikari; penampilan sekolah yang  mentereng dan lain-lain.
 Persepsi masyarakat yang demikian telah menjadi catatan khusus yang merupakan indikator bagi mereka untuk berpikir kedepan dalam memasukkan anak mereka pada sekolah-sekolah yang mereka anggap mampu memproses dan mengubah tingkat akademik maupun non akademik anak mereka akibatnya sekolah yang mendapat predikat berhasil  akhirnya dipenuhi siswa sampai kehabisan kursi sementara, sekolah yang kurang atau tidak berhasil ini sedikit mendapat interes dari masyarakat dan bahkan hanya diisi oleh siswa yang tertolak dari sekolah yang berhasil. Ironis memang yang terjadi dalam dunia pendidikan, disatu sisi masyarakat mencoba merealisasikan keinginan untuk membangun anaknya melalui sekolah yang efektif, disisi lain masyarakat tidak memperhatikan nasib sekolah yang lain yang seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar untuk dibangun kearah sekolah yang efektif melalui tindakan-tindakan pemecahan terhadap berbagai persoalan yang ada di sekolah.
Jika pola masyarakat dengan persepsi bahwa anak yang di sekolahkan harus pada sekolah yang berkualitas dan efektif maka parameter yang dipakai oleh masyarakat untuk menilai keberhasilan suatu sekolah tentunya harus jelas dipahami secara baik oleh masyarakat sehingga kegiatan yang menilai sekolah bukan kegiatan yang bersifat parsial tetapi kegiatan yang bersifat komprehensif dan betul-betul sekolah mampu menghasilkan out-put yang diharapkan sebab bisa saja karena in-putnya memiliki tingkat kemampuan yang tinggi sementara proses pada sekolah biasa-biasa saja tidak menutup kemungkinan out-put akan berhasil oleh karena faktor in-put yang baik.
 Mencermati fenomena tersebut maka patut diduga bahwa keberhasilan suatu sekolah bukan dilihat dari satu dimensi saja tetapi dari multi dimensi atau dengan kata lain bahwa keefektifan pendidikan  di sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kesemuanya memiliki peran penting dan saling mempengaruhi satu sama lain bagi terciptanya pendidikan dan sekolah yang efektif.

II. TUJUAN  PENULISAN MAKALAH
              Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempertajam pemahaman konsep Keefektifan Pendidikan dalam Multi Perspektif sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif tentang konsep yang  mendukung keberhasilan pendidikan  yang sebenarnya sehingg menjadi suatu acuan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui kefektifan pendidikan.

III.  KONSEP KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN MULTI PERSPEKTIF

A.  Pengertian Keberhasilan Lembaga Pendidikan
      Untuk memudahkan bahasan ini kata berhasil yang merupakan kata benda dari kata sifat berhasil disepadankan dengan kata keefektifan atau efektif dalam kamus besar bahasa Indonesia berhasil berarti mendatangkan hasil dan keberhasilan berarti perihal (keadaan berhasil). Sedangkan efektif berarti dapat membawa hasil dan keefektifan berarti keberhasilan. Kemudian masing-masing kata ini dipakai dalam tulisan ini secara berganti-ganti, tetapi maksudnya sama. Keberhasilan biasanya dikaitkan dengan tujuan oleh karenanya suatu tindakan akan berhasil (efektif) jika tindakan itu mencapai tujuan tertentu (Beare, 1989). Senada dengan ini Scott (1990) mengartikan keberhasilan sebagai keseimbangan antara rencana dan hasil sebenarnya. Kalau suatu tindakan tidak mencapai tujuannya maka ia tidak berhasil.
       Namun dalam konteks lembaga pendidikan, keberhasilan pendidikan mencakup pencapaian tujuan dan kemampuan sekolah dalam mempertahankan proses organisasinya. Departemen Pendidikan Minessota, USA (dalam Jeans, 1992) mendefinisikan keberhasilan sekolah sebagai kondisi setiap sekolah di mana masing-masing mencapai tujuannya baik siswa orang tua warga negara lainnya. Menurut ini maka siswa orang tua dan warga negara merupakan komponen penting untuk menilai keberhasilan sekolah. Namun kenyataannya tidak semua sekolah memiliki tujuan yang sama meski secara nasional semua sekolah hendak mencapai tujuan pembangunan negara dan secara spesifik tentu tujuan akan dicapai berbeda-beda. Oleh karenanya terasa sulit membandingkan keberhasilan sekolah dengan yang satu dengan sekolah yang lain.
       Jadi komponen pencapaian tujuan (tujuan pengajaran an sich) kurang terpenuhi untuk mengatakan bahwa sekolah tertentu itu berhasil. Oleh karena itu perlu perluasan pengertian keberhasilan sekolah. Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang menghasilkan pencapaian siswa dalam segala domain (tujuan eksistensi lembaga pendidikan) sekaligus yang mampu mempertahankan penampilan keseluruhan organisasinya. Dengan demikian maka jika lulusan sekolah memiliki kemampuan yang tinggi, tetapi organisasinya kurang baik (misalnya banyak sekali pengelolanya merasa tidak tentram karena alasan tertentu atau bangunan fisiknya tidak bisa dipandang maka sekolah itu tidak bisa dianggap berhasil). Sebaliknya jika pengelolaanya baik dan penampilan luar baik pula tetapi hanya sedikit kemampuan, maka sekolah itu jelas tidak berhasil. Oleh karena itu keberhasilan sekolah selalu dilihat dari sudut pandang : input (siswa), out put (pencapai belajar), proses organisasi dan komponen eksternal (orang tua, masyarakat, dan lain-lain).

B.      Sekolah Yang Berhasil
          Berbagai penelitian menemukan ciri-ciri yang dianggap mendukung keberhasilan sekolah dan hasilnya relatif konsisten meskipun adanya penekanan tertentu dengan menggunakan tiga komponen variabel : variabel organisasi, variabel out put input, variabel proses.
Menurut ahli bahwa secara organisasional sekolah yang berhasil dicirikan sebagai berikut :
1.      Adanya tuntutan Akademik yang tinggi
2.      Kepala sekolah yang serius, kreatif, inovatif dan demokratis
3.      Berorientasi belajar
4.      Kepemimpinan yang baik
5.      Peningkatan mutu staf
6.      Adanya dukungan dari orang tua
7.      Suasana sekolah yang kondusif
8.      Mengarahkan dana yang cukup besar untuk peningkatan pengajaran (Murnane, 1987; Edmonds, 1979; Fullan, 1985).           
         Dari segi input – output sekolah yang berhasil selalu menghasilkan lulusan – lulusan dengan prestasi tinggi dibanding dengan lulusan sekolah lain.  Variabel proses menunjukkan adanya pimpinan yang memahami kemungkinan – kemungkinan, selalu menunjukkan tujuan sekolah kepada semua pihak, informasi yang selalu dibagi – bagi dan kerjasama dengan antara administrator dan guru dalam menyiapkan pengajaran.
  Menurut Jonhson (1989) bahwa ada empat kriteria yang mencirikan sekolah yang efektif yaitu :
1.      Sekolah memiliki tujuan yang jelas berkaitan dengan pencapaian akademis.
2.      Memiliki staf yang bersikap dan berperilaku positif dalam kerja sama dengan koleganya
3.      Memperhatikan keseimbangan antara tuntutan akademis dan administratif.
4.      Memperhatikan hubungan dengan lingkungan luar baik orang tua dan masyarakat.
Dari pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa secara umum sekolah yang berhasil dicirikan sebagai berikut :
a.          Adanya tujuan yang jelas
b.      Suasana yang kondusif untuk belajar
c.          Harapan yang tinggi dari siswa
d.      Kepala sekolah yang demokratis
e.          Dukungan yang kuat dari orang tua dan masyarakat
f.          Kurikulum dan pengajaran yang efektif
g.      Belajar dan mengajar yang efektif
h.      Pengajar yang efektif.

C.   Kurikulum        
1.      Pengertian Kurikulum
Beberapa penafsiran tentang pengertian kurikulum antara lain :
a.       Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua  atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistimatis  dan logis.
b.      Kurikulum sebagai Renacan Pembelajaran, Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu siswa melaukan berbagai tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
c.       Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar. Pandangan ini menyatakan sebagai berikut : bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra da ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang mencakup dan memberikan pengalman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalh kurikulum. (Oemar Hamalik , 1994).
2.      Landasan Pengembangan Kurikulum
           Kurikulum didasarkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenajng masing-masing satuan pendidikan. (UUSPN, 1989).
    Pengembangan kurikulum harus berlandasrkan  kepada faktor-faktor yaitu :
a.       Tujuan filsafat dan Pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada giliranya menjadi landasan dalam metumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
b.      Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
c.       Perkembangan peserta didik yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik.
d.      Keadaan lingkungan yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi, lingkungan kebudayaan termasuk iptek dan lingkungan hidup serta lingkungan alam.
e.       Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan  di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam dan sebagainya.
f.       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Beberapa faktor di atas saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. (Oemar Hamalik, 1991).
3.      Komponen-komponen pengembangan kurikulum
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang  lain yakni :
a.       Tujuan, tujuan kurikulum tiap satua pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional.  Menurut UUSPN(1989) bahwa Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
b.      Materi Kurikulum, materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelengaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya mencpai tujuan pendidikan nasional.
Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum yang meliputi : Teori, Konsep, Generalisasi, Prinsip, Prosedur, Fakta, Istilah, Contoh, Definisi dan Preposisi.
c.       Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode yang mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.Metode ini dilaksankan melalui prosedur tertentu. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan siswa dan guru karena itu penyusunannya hendaknya berdasarkan anlisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku siswa.
d.      Organisasi Kurikulum, organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk yang masing-masing memiliki ciri-cirinya tersendiri  antara lain :
1)      Mata pelajaran terpisah-pisah.
2)      Mata ajaran berkorelasi
3)      Bidang studi
4)      Program yang berpusat oada anak.
5)      Core program
6)      Eclectic program
e.       Evaluasi, evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yag akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
4.      Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip-porinsip sebagai berikut :
a.       Prinsip berorientasi pada tujuan
Pengembangan kurikulum di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujaun satuan dan jenajng pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah lku peserta didik yang menckup tiga aspek tersebut dan bertalin dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
b.      Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.       Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia agar mencapai hasil yang optimal. Keterbatasan fasilitas sarana dan prasaran sekolah harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka pembelajaran yang kesemuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.
d.      Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku.
e.       Prinsip Berkesinambungan
Kurikulum disusun secara berkesinambungan artinya bagian-bagian, aspek-aspek, materi dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang  perkembangan siswa. Denga  prinsip ini tampak jeals alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga mempermudahguru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f.       Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara proporsional  dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara smua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadkan antara teori dan praktek, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan kurikulum dapat diharapkan terjalinnya perpaduan yang lengkap dan menyeluruh yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.
g.      Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarka prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau toipik dan konsisten antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak bik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuknya pribadi yang bulat dan utuh.
h.      Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum dirancang  berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh dejarat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.
5.      Ciri kurikulum yang efektif
      Menurut Mc Gaw, et al. (1992) bahwa  kurikulum di sekolah yang efektif memiliki tiga ciri mendasar  antara lain :
a.       Pengetahuan dasar yang paling harus dapat diperoleh oleh semua siswa terlepas latar belakang siswa. Hal ini penting karena kelas seringkali ditempati oleh siswa dengan kemampuan, interes dan latar belakang yang seragam namun demikian memerlukan pengembangan yang seimbang dan merata. Disamping itu sekolah di dirikan bukanlah hanya untuk sekelompok murid tertentu, tetapi ia adalah tempatdimana sejumlah anak muda mencari ilmu dan keterampilan, jadi pengetahuan dan keterampilan harus dapat diperoleh semua siswa.
b.      Alokasi waktu diseimbangkan untuk semua kurikulum. Keputusan alokasi waktu didasarkan pada keadaan pengetahuan, pelajaran mana yang paling berharga dan bagai mana siswa belajar terbaik. Jada kalau kurikulum tertentu ( misalnya, pendidikan agama ) dianggap sangat penting, tetapi alokasi waktu tidak maksimal maka menanggalkan ciri – ciri keefektifan sekolah.
c.       Koherensi kurikulum yang berarti bahwa pelajaran yang lalu harus menjadi landasan untuk pelajaran sekarang dan untuk memprediksi pelajaran yang akan datang. Koherensi akan sangat membantu siswa untuk memahami pengetahuan tertentu secara komprehensif karena sifatnya tidak terpisah – pisah.
             Selama pengajaran berlangsung siswa di sekolah efektif memamfaatkan lebih banyak waktunya untuk belajar: individual atau kelompok, terstruktur atau non struktural. Siswa juga diharuskan mengerjakan tugas – tugas sekolah baik di sekolah maupun dirumah           (Murphy, 1985). Selanjutnya siswa merasa aman dan tentram dalam suasana belajar, belajar bagaimana belajar, mengerjakan tugas menarik dan ikut serta dalam kegiatan sekolah secara penuhkepercayaan diri dalam belajar  (Cuttance, 1991). Singkatnya sekolah–sekolah yang efektif memiliki kurikulum yang siap untuk dipelajari oleh siswa dengan berbagai aktifitasnya dalam suasana yang tentram, aman dan bebas dari tekanan.

D.    Proses Pembelajaran
1.   Perkembangan konsep pembelajaran
             Pandangan mengenai konsep pengajaran terus menrus mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi pendidikan. Perkembangan itu antara lain :
a.       Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan  mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat meonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar.
b.      Pengajaran merupakan interaksi dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh-mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya.
c.       Pengajaran sebagai suatu sistem. Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi yakni : Profesi guru, Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik, Tujuan pendidikkan dan pengajaran, Program pendidikan dan kurikulum,  Perencanaan pengajaran, strategi belajar mengajar, Media pengajaran, Bimbingan belajar, Hubungan antara sekolah dan masyarakat, manajemen pendidikan/kelas.
2.      Ciri-ciri Pembelajaran.
           Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara lain:
a.       Rencana ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khsusus.
b.      Kesalingtergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c.       Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu  yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat manusia dengan sistem yang alami. Tujuan sistem menuntun proses merancang  sistem sistem. Tujuan utama sistem pembelajarn agar siswa belajar.
3.      Unsur-unsur Pembelajaran
          Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini guru tidak termasuk sebagai sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan  atau  dialihkan kepada media sebagai penganti seperti buku, slide yang diprogramkan. Namun seorang kepala sekolah menjadi salah satu unsur sistem pendidikan karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
            Unsur-unsur dinamis pembelajaran pada diri guru antara lain : Motivasi membelajarkan siswa dan  Kondisi guru siap membelajarkan siswa. Sedangkan  Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar antara lain : Motivasi menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran dan Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada:
a.       Buku pelajaran yang sengaj dipersipakan dan berkenaan dengan mata ajaran tertentu.
b.      Pribadi guru sendiri pada dasarnya merupakan sumber tak tertulis dan sangat penting serta sangat kaya dan luas. Yang perlu dimanfaatkan secara maksimal.
c.       Sumber masyarakat merupakan sumber yang paling kaya bagi bahan belajar siswa.
d.      Pengadaan alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang tua. Namun harus dipertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar  itu dengan tujuan belajar, kemampuan siswa sendiri, bahan yang dipelajari dan ketersedianya di sekolah. Prinsip kesesuaian ini perlu diperhatikan karena sering terjadi pemilihan dan penggunaan alat bantu belajar ternyata tidak cocok untuk kegiatan belajar itu sendiri, dan ternyata tidak banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa.
e.       Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya antara lain :
1)      Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas.
2)      Perlu adanya kesadran yang tinggi dikalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas.
3)      Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelas.
f.       Subyek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan. Pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan belajar dengan tingkat kecerdasan siswa, memperhatikan tingkat kesiapan belajar yang tepat waktunya, penyesuaian bahan belajar dengan kemampuan bakatnya, dan memberikan pengalaman-pengalman prekuisit, semua kondiai itu perlu terus dikontrol oleh guru. Sediakan waktu khsusus untuk mengenal dan mengetahui dengan seksama semua kondisi subyek belajar. Bila diketahui terdapat ketidak seimbangan dan ganguan pada kondisi mereka, maka guru perlu segera melakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya.
      4.   Pendekatan dalam Pembelajaran
            Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga sesuai dengan perkembangan psikologi belajar sistemik,  yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behaviriostik dan humanistik serta kenyataan dalam masyarakat sendiri.
a.        Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran
Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran meliputi aspek filosofis  yaitu pendangan hidup yang melandasi sikap si perancang sistem yang terarah pada kenyataan sedangkan aspek proses ilah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Suatu perangkat dari alat atau tehnik dalam pendekatan sistem ialah berupa kemampuan-kemampuan merumuskan tujuan secara operasional, mengembangkan deskripsi tugas-tugas secara lengkap dan akurat dan melaksanakan analisis tugas.
b.       Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran
                     Ciri-ciri dari pendekatan sistem pembelajaran yakni :
1)      Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadi interaksi antara siswa dengan guru dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif.
2)      Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
                 c.    Pola pendekatan sistem pembelajaran
Pendekatan sistem pembelajaran dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)  Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan.
Analisa kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi  tujuan-tujuan pembelajaran 
2)   Merancang metode dan materi pembelajaran
3)      Pelaksanaan pembelajaran.
4)      Menilai dan merevisi.
      5.  Model pembelajaran berdasarkan teoi-teori belajar.
            Model-model pembelajaran antara lain :
a.       Model Interaksi sosial, model ini berdasarkan teori gestal. Model ini menitik beratkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat  atau dengan individu lainnya. Tekanannya pada proses realita. Model ini berorientasi pada perioritas terhadap perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain, perbaikan proses-proses demokratis dan perbaikan masyarakat. Model ini mencakup :
1)      Kerja kelompok, tujuannya untuk mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan keterampilan menemukan dalam bidang akademik.
2)      Pertemuan kelas, tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3)      Pemecahan masalah sosial atau inqury sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan  cara berpikir logis dan penemuan akademik.
4)      Model laboratorium bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
5)      Bermain peranan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
6)      Simulasi sosial bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
b.      Model Proses Informasi
Model ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sitem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan  pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini dalam strategi pembelajaran antara lain: Mengajar induktif, Latihan inquiry, Inqury keilmuan, Pembentukan konsep.
           c.    Model pengembangan.
1)      Model Personal
Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Titik beratnya pada pembentukan pribadi individu dan mengorganisasikan realitanya yang rumit. Strategi model pembelajaran antara lain : Pengajaran non direkstif, Latihan kesadaran, Sinetik dan sistem konseptual.
2)      Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efiaien untuk memmperurut tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.
6.      Strategi pembelajaran
               Strategi pembelajaran antara lain :
a.       Pembelajaran penerimaan meliputi :
1)      Penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum, aturan-aturan, serta   ilustrasi khusus.
2)      Pemahaman terhadap prinsip umum, pengujian dilaukan dengan tes yang menuntut pernyataan ulang mengenai prinsip-prinsip dan contoh-contoh yang telah diberikan.
3)      Partikularisasi, penerapan prinsip umum ke dalam situasi/keadaan tertentu.
4)      Tindakan gerakan dari suasana kognitif dan proses simbol kesuasana perbuatan/tindakan.
b.      Pembelajaran penemuan meliputi :
1)      Tindakan dalam instansi tertentu.
2)       Pemahaman kasus tertentu
3)      Generalisasi         
4)      Tindakan dalam suasana baru.
c.       Pembelajaran Penguasaan, langkah-langkah yang ditempuh antara lain: 
1)      Mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan menggunakan metode kelompok
2)      Memberikan tes diagnostik untuk memeriksa kemajuan siswa.
3)      Siswa yang telah berhasil diperkenankan menempuh pelajran berikutnya.
4)      Melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah tercapai oleh siswa.
d.      Pembelajaran terpadu, langkah-langkah pokok antara lain:
1)      Menyusun sumber unit yang luas bertitik tolak dari topik atau masalah tertentu.
2)      Menyusun unit pembelajaran yang dirancang dengan pola tertentu.
3)      Menyusun unit lesson dalam rangka melaksanakan unit pengajaran yang telah dikembangkan.
4)      Menyusun satuan pelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar harian.

E.  Guru di Sekolah Efektif   
Guru–guru di sekolah efektif memiliki ciri–ciri yang telah ditentukan oleh para ahli. Guru–guru menggunakan banyak waktunya untuk mempersiapkan dan mengajarkan isi pelajaran serta selalu monitor dengan dekat hasil kerja siswa (Murphy et al., 1985). Mereka mengembangkan hubungan interpersonal; dus hubungan antar mereka dicirikan dengan respek, interes, sensitifitas, perhatian, kepercayaan, tak ada guru yang melecehkan guru lain. Mereka juga mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa dan selalu mendorong siswa untuk melakukan yang terbaik. Mereka juga memiliki catatan kemajuan siswa dan memberitahukannya kepada siswa agar siswa mengetahui pekerjaannya  ( Cuttance, 1991). McGaw et al (1991) dan Porter                 (1991) menyatakan bahwa guru – guru disekolah efektif adalah mereka yang mendorong siswa untuk menjadi benar – benar mencari ilmu; menggunakan waktu secara efektif, khususnya waktu untuk mengajar; mengetahui dan menghargai pencapaian dan usaha siswa; secara sistematik dan reguler memonitor perkembangan siswa; dan selalu mengembangkan keilmuannya. Evans (1992) merangkum kualitas guru yang mencirikan keberhasilan sekolah sebagai berikut :
1.      Mengajar bagaimana belajar, mengenali kebutuhan siswa dan membagi waktu untuk belajar.
2.      Cinta belajar
3.      Berdedikasi dan antusias
4.      Toleran dan memahami perbedaan individu.
5.      Mendorong kemandirian.
6.      Mendorong self-esteem, percaya diri dan menghargai diri.
7.      Fasilitator belajar.
8.      Mendorong rasa ingin tahu, mengembangkan mental mencari dan merangsang siswa.
9.      Berkehendak berubah, mencoba ide baru dan memprediksikan masa depan
10.  Mengenali pencapaian siswa
11.  Memonitor kemajuan siswa dan membuat catatan yang akurat.
12.  Memberikan umpan balik yang berharga.
13.  Secara reguler memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang kemajuannya.
14.   Harapan realistik tapi yakin akan sukses.
15.  Disiplin
16.  Terlibat dalam bimbingan siswa
  Menurut Ahli lain bahwa ciri-ciri guru yang efektif antara lain :
       1.  Guru  sebagai Pribadi kunci
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa yang dibimbing oleh guru yang memiliki kesehatan mental  yang  baik memperlihatkan stabilitas emosional uyang lebih tinggi dari pada para siswa yang dibimbing oleh guru yang mental kurang sehat.
      Menurut Blain dan Simpson (1962) bahwa tidak perlu dipertanyakan lagi tentang kesehatan mental guru-guru memang mempengaruhi tingkah laku siswa yang   dibimbingnya.
Belajar tentang citarasa, hal-hal yang disenangi, cita-cita dan sikap merupakan hal-hal penting  sebagai hasil pendidikan karena biasanya hal-hal tersebut dapat menjadi penghambat atau sebaliknya menjadi pendorong bagi seseorang untuk melanjutkan kegiatannya yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan setelah mereka keluar dari sekolah. Dalam hubungan dengan pembentukan sikap, perasaan senang atau tidak senang, cita-cita dan sebaginya ada yang berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak diajarkan dengan sengaja tetapi merupakan hasil tambahan dari belajar formal yaitu belajar yang disengaja dan dipimpin serta diarahkan oleh guru.
                  Hal ini menunjukkan  pentingnya suasana kelas dan tindakan-tindakan guru dalam mempengaruhi pembentukan sikap siswa dan perasaan siswa. Suasana kelas yang tegang berakibat sikap dan tindakan guru yang otoriter, suka mencela dan tidak mau mengerti tentang keadaan siswa. Sikap saling menghargai tak mungkin tumbuh pada anak-anak bila guru sendiri tidak dapt menunjukkan sikap menghargai terhadap individu para siswanya.
     2.    Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing
    Guru Dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah yang sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian khusus. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Oleh karena itu peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur paling penting bagi pembaharuan dunia pendidikan. (Oemar Hamalik, 2002)
            a.  Guru sebagai pengajar
   Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai seorang guru.
    Yang dimaksud sebagai  peranan ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas keberhasilan kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping mengusai materi yang kan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.
b.   Guru sebagai pembimbing
   Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal  terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat.
   Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku itu merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :
                  1)  Mengumpulkan data tentang siswa.
                  2)  Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari.
3)      Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
4)      Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
5)      Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
6)      Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
7)      Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu.
8)      Bekerja sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah para siswa.
9)      Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
10)  Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
c.       Ciri-ciri guru yang efektif
Guru memiliki banyak kombinasi sifat atau kualitas pribadi. Apa yang menarik dan efektif bagi seorang siswa mungkin menimbulkan respon yang negatif dari siswa yang lain. Guru yang efektif pada suatu tingkatan kelas tertentu mungkin tidak efektif pada tingkatan lain.
Ciri Guru-guru yang baik antara lain :
1)      Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia berusaha terus menerus untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.
2)      Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaanya.
3)      Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya.
4)      Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang yang menggambarkan profesinya.
5)      Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. (Slameto, 1995)

F.  Orang Tua  di sekolah efektif 
Dalam sekolah efektif orang tua siswa berpartisipasi secara baik. Orang tua yang memperhatikan pekerjaan siswa dirumah dan yang mengetahui apa yang dilakukan oleh siswa mendorong siswa untuk lebih giat belajar disekolah (McGaw et al., 1991). Sedangkan menurut Murphy et al. 1985) bahwa dalam sekolah efektif, orang tua sering menerima komunikasi dari sekolah tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu mencapai tujuan sekolah. Pemikiran dan harapan orang tua juga diperhatikan dalam keputusan sekolah. Orang tua diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam fungsi dan aktivitas sekolah, dan memiliki kesempatan untuk mempelajari program – program sekolah dan belajar bagaimana mereka bisa bekerja dengan anaknya dirumah tentang mata pelajaran. Makin dekat orang tua dengan pendidikan anaknya, makin tinggi pengaruhnya pada perkembangan anak dan pencapaiannya  ( Fullan, 1991).
           Partisipasi orang tua pada sekolah tidak hanya berupa finansial, misalnya menyumbang untuk pengembangan pendidikan sekolah, tetapi dengan cara memperhatikan dan membantu belajar anak dirumah dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam keputusan–keputusan sekolah baik yang berkenaan dengan dana maupun hal akademis. Jadi partisipasi orang tua sifatnya akademis dan non akademis.

G.  Kepala Sekolah yang Efektif
Banyak sekali studi atau anggapan bahwa kapala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan sekolah, karena merekalah yang sebenarnya menggerakkan pola organisasi sekolah meskipun dengan bantuan pihak lain. Lalu kepala sekolah yang bagaimana yang mendorong keberhasilan sekolah. Menurut Johnson dan Holdaway (1990) menyatakan bahwa ciri-ciri kepala sekolah di sekolah efektif.  Namun kebanyakan studi ini menyatakan bahwa kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan instruksional sebagai lawan dari manager. Kepemimpinan instruksional adalah kepemimpinan yang mengarahkan sumber-sumber non manusia dan sumber manusia untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong pencapaian belajar siswa. Adapun ciri-ciri kepala sekolah efektif adalah sebagai berikut :
1.      Menekankan tujuan dan hasil yang terfokus pada belajar. Kepala sekolah efektif aktif dalam menentukan tujuan pengajaran, menekankan keterampilan dasar mengajar, mengembangkan standar pencapaian siswa, dan mengekspresikan kepercayaan bahwa semua siswa dapat mencapai tujuan belajar.
2.      Pengambilan keputusan yang kuat dan berwibawa. Kepala Sekolah yang berhasil lebih mampu dari koleganya, mereka dianggap sebagai pemimpin yang efektif dalam memelihara hubungan dengan orang tua dan masyarakat sekitar.
3.      Manager efektif. Kepala sekolah mencurahkan banyak waktunya untuk koordinasi dan managemen pengajaran dan lebih mampu dalam urusan pengajaran. Mereka memperhatikan guru-guru dalam bekerja, mendiskusikan problem-problem pengajaran, mendukung usaha-usaha guru untuk meningkatkan dan mengembangkan prosedur efakuasi yang menilai baik performans guru maupun siswa, serta mendorong perkembangan stafnya.
4.      Keterampilan human relationship yang kuat. Kepala sekolah memahami keunikan dan kebutuhan guru dan mambantu guru dalam mencapai tujuannya. Mereka memperkokoh team staf (demokratis) dan menanamkan rasa kebanggaan dalam sekolah diantara para guru, siswa dan orang tua.
Dari Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri kepala sekolah yang efektif untuk memimpin sekolah yang efektif antara lain :
1.      Memiliki Visi dan Misi  serta berorientasi masa depan.
2.      Menekankan tujuan dan hasil yang terfokus pada belajar dan mutu pendidikan.
3.      Pengambilan keputusan yang kuat dan berwibawa, tidak merugikan pihak lain dan setelah dilakukan pembahasan secara bersama-sama dengan komponen lain.
4.      Bersifat demokratis/tidak otoriter.
5.      Mampu mengelola sekolah  dengan baik.
6.      Memiliki kemampuan menjadi Manager yang efektif.
7.      Memiliki Keterampilan human relationship yang kuat dengan komponen lain.
8.      Memiliki kemampuan untuk memotivasi guru, tata usaha dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.
9.      Memiliki hubungan yang kuat dengan lingkungan eksternal.
10.  Mampu membuat program-program yang dapat didukung oleh komponen sekolah maupun di luar sekolah.
11.  Bersifat Inovatif, kreatif dalam memajukan pendidikan di sekolah.
12.  Memiliki kapabilitas dan akuntabilitas yang tinggi.
13.  Selalu memperhatikan nasib guru.



IV. SIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Bahwa sekolah yang berhasil di pengaruhi oleh kurikulum, guru, orang tua, dan kepala sekolah dengan berbagai ciri-cirinya seperti tersebut diatas, sebenarnya yang paling berperan dalam keberhasilan sekolah adalah kepala sekolahnya. Dengan kemampuan kepala sekolah untuk memobilisir segala potensi yang ada, sekolah dapat berkembang dengan pesat meskipun sumber yang ada sebenarnya belum maksimal.
2.      Bahwa diperlukan pengembangan profesi dengan cara mengikuti pendidikan tambahan diperguruan tinggi yang akan menambah wawasan tentang managemen pendidikan. Hanya dengan pemimpin yang baik maka  sekolah-sekolah akan bisa  produktif seperti yang diharapkan oleh masyarakat.
3.      Guru-guru yang baik antara lain :
a.       Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional.
b.      Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaanya.
c.       Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya.
d.      Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang yang menggambarkan profesinya.
e.       Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh.
      4. Ciri sistem pembelajaran antara lain: Rencana,  Kesalingtergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan dan Tujuan.
5.  Kurikulum yang efektif antara lain : Pengetahuan dasar yang paling harus dapat diperoleh oleh semua siswa terlepas latar belakang siswa, Alokasi waktu diseimbangkan untuk semua kurikulum, Koherensi kurikulum yang berarti bahwa pelajaran yang lalu harus menjadi landasan untuk pelajaran sekarang dan untuk memprediksi pelajaran yang akan datang.
  6. Bahwa secara organisasional sekolah yang berhasil dicirikan sebagai berikut : Adanya tuntutan Akademik yang tinggi; Kepala sekolah yang serius, kreatif, inovatif dan demokratis; Berorientasi belajar; Kepemimpinan yang baik;  Peningkatan mutu staf;  Adanya dukungan dari orang tua;  Suasana sekolah yang kondusif; Mengarahkan dana yang cukup besar untuk peningkatan pengajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar