I. PENDAHULUAN
Setiap pengelola pendidikan menginginkan
suatu lembaga pendidikan yang dikelolanya berhasil dengan melahirkan siswa yang
berkualitas dari aspek akademik maupun non akademik. Namun sering kali
keinginan itu terbentur oleh anggapan bahwa pendidikan yang dikelola jarang
menghasilkan out-put yang memauaskan hal ini didasari dengan berbagai
pemikiran-pemikiran dan kenyataan yang ada karena sebagian siswa kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Sehingga masyarakat menilai bahwa
sekolah A berhasil dan sekolah B kurang atau tidak berhasil dengan argumen dan
alasan sederhana sebagai keputusan mereka yang biasanya dikaitkan dengan
kenyataan bahwa sekolah tertentu diminati oleh banyak orang; lulusannya banyak
tertampung oleh sekolah-sekolah lanjutan dianggap baik atau mendapat kedudukan
yang baik atau mampu berdikari; penampilan sekolah yang mentereng dan lain-lain.
Persepsi masyarakat yang demikian telah
menjadi catatan khusus yang merupakan indikator bagi mereka untuk berpikir
kedepan dalam memasukkan anak mereka pada sekolah-sekolah yang mereka anggap
mampu memproses dan mengubah tingkat akademik maupun non akademik anak mereka
akibatnya sekolah yang mendapat predikat berhasil akhirnya dipenuhi siswa sampai kehabisan
kursi sementara, sekolah yang kurang atau tidak berhasil ini sedikit mendapat
interes dari masyarakat dan bahkan hanya diisi oleh siswa yang tertolak dari
sekolah yang berhasil. Ironis memang yang terjadi dalam dunia pendidikan,
disatu sisi masyarakat mencoba merealisasikan keinginan untuk membangun anaknya
melalui sekolah yang efektif, disisi lain masyarakat tidak memperhatikan nasib
sekolah yang lain yang seharusnya mendapat perhatian yang lebih besar untuk
dibangun kearah sekolah yang efektif melalui tindakan-tindakan pemecahan
terhadap berbagai persoalan yang ada di sekolah.
Jika pola masyarakat dengan persepsi bahwa
anak yang di sekolahkan harus pada sekolah yang berkualitas dan efektif maka
parameter yang dipakai oleh masyarakat untuk menilai keberhasilan suatu sekolah
tentunya harus jelas dipahami secara baik oleh masyarakat sehingga kegiatan
yang menilai sekolah bukan kegiatan yang bersifat parsial tetapi kegiatan yang
bersifat komprehensif dan betul-betul sekolah mampu menghasilkan out-put yang
diharapkan sebab bisa saja karena in-putnya memiliki tingkat kemampuan yang
tinggi sementara proses pada sekolah biasa-biasa saja tidak menutup kemungkinan
out-put akan berhasil oleh karena faktor in-put yang baik.
Mencermati fenomena tersebut maka patut diduga
bahwa keberhasilan suatu sekolah bukan dilihat dari satu dimensi saja tetapi
dari multi dimensi atau dengan kata lain bahwa keefektifan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kesemuanya memiliki peran penting dan saling mempengaruhi satu sama
lain bagi terciptanya pendidikan dan sekolah yang efektif.
II. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mempertajam pemahaman konsep Keefektifan Pendidikan dalam Multi
Perspektif sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif tentang
konsep yang mendukung keberhasilan
pendidikan yang sebenarnya sehingg
menjadi suatu acuan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan
melalui kefektifan pendidikan.
III. KONSEP
KEEFEKTIFAN PENDIDIKAN MULTI PERSPEKTIF
A. Pengertian Keberhasilan Lembaga
Pendidikan
Untuk memudahkan bahasan ini kata
berhasil yang merupakan kata benda dari kata sifat berhasil disepadankan dengan
kata keefektifan atau efektif dalam kamus besar bahasa Indonesia berhasil
berarti mendatangkan hasil dan keberhasilan berarti perihal (keadaan berhasil).
Sedangkan efektif berarti dapat membawa hasil dan keefektifan berarti
keberhasilan. Kemudian masing-masing kata ini dipakai dalam tulisan ini secara
berganti-ganti, tetapi maksudnya sama. Keberhasilan biasanya dikaitkan dengan
tujuan oleh karenanya suatu tindakan akan berhasil (efektif) jika tindakan itu
mencapai tujuan tertentu (Beare, 1989). Senada dengan ini Scott (1990)
mengartikan keberhasilan sebagai keseimbangan antara rencana dan hasil
sebenarnya. Kalau suatu tindakan tidak mencapai tujuannya maka ia tidak
berhasil.
Namun dalam konteks lembaga pendidikan,
keberhasilan pendidikan mencakup pencapaian tujuan dan kemampuan sekolah dalam
mempertahankan proses organisasinya. Departemen Pendidikan Minessota, USA
(dalam Jeans, 1992) mendefinisikan keberhasilan sekolah sebagai kondisi setiap
sekolah di mana masing-masing mencapai tujuannya baik siswa orang tua warga
negara lainnya. Menurut ini maka siswa orang tua dan warga negara merupakan
komponen penting untuk menilai keberhasilan sekolah. Namun kenyataannya tidak
semua sekolah memiliki tujuan yang sama meski secara nasional semua sekolah
hendak mencapai tujuan pembangunan negara dan secara spesifik tentu tujuan akan
dicapai berbeda-beda. Oleh karenanya terasa sulit membandingkan keberhasilan
sekolah dengan yang satu dengan sekolah yang lain.
Jadi komponen pencapaian tujuan (tujuan
pengajaran an sich) kurang terpenuhi untuk mengatakan bahwa sekolah
tertentu itu berhasil. Oleh karena itu perlu perluasan pengertian keberhasilan
sekolah. Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang menghasilkan pencapaian
siswa dalam segala domain (tujuan eksistensi lembaga pendidikan) sekaligus yang
mampu mempertahankan penampilan keseluruhan organisasinya. Dengan demikian maka
jika lulusan sekolah memiliki kemampuan yang tinggi, tetapi organisasinya
kurang baik (misalnya banyak sekali pengelolanya merasa tidak tentram karena
alasan tertentu atau bangunan fisiknya tidak bisa dipandang maka sekolah itu
tidak bisa dianggap berhasil). Sebaliknya jika pengelolaanya baik dan
penampilan luar baik pula tetapi hanya sedikit kemampuan, maka sekolah itu jelas
tidak berhasil. Oleh karena itu keberhasilan sekolah selalu dilihat dari sudut
pandang : input (siswa), out put (pencapai belajar), proses organisasi dan
komponen eksternal (orang tua, masyarakat, dan lain-lain).
B. Sekolah Yang Berhasil
Berbagai penelitian menemukan
ciri-ciri yang dianggap mendukung keberhasilan sekolah dan hasilnya relatif
konsisten meskipun adanya penekanan tertentu dengan menggunakan tiga komponen
variabel : variabel organisasi, variabel out put input, variabel proses.
Menurut ahli bahwa secara organisasional sekolah
yang berhasil dicirikan sebagai berikut :
1. Adanya tuntutan Akademik yang tinggi
2. Kepala sekolah yang serius, kreatif,
inovatif dan demokratis
3. Berorientasi belajar
4. Kepemimpinan yang baik
5. Peningkatan mutu staf
6. Adanya dukungan dari orang tua
7. Suasana sekolah yang kondusif
8. Mengarahkan dana yang cukup besar untuk
peningkatan pengajaran (Murnane, 1987; Edmonds, 1979; Fullan, 1985).
Dari segi input – output sekolah yang
berhasil selalu menghasilkan lulusan – lulusan dengan prestasi tinggi dibanding
dengan lulusan sekolah lain. Variabel
proses menunjukkan adanya pimpinan yang memahami kemungkinan – kemungkinan,
selalu menunjukkan tujuan sekolah kepada semua pihak, informasi yang selalu
dibagi – bagi dan kerjasama dengan antara administrator dan guru dalam
menyiapkan pengajaran.
Menurut Jonhson (1989) bahwa ada empat kriteria yang mencirikan sekolah
yang efektif yaitu :
1. Sekolah memiliki tujuan yang jelas
berkaitan dengan pencapaian akademis.
2. Memiliki staf yang bersikap dan
berperilaku positif dalam kerja sama dengan koleganya
3. Memperhatikan keseimbangan antara tuntutan
akademis dan administratif.
4. Memperhatikan hubungan dengan lingkungan
luar baik orang tua dan masyarakat.
Dari pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa
secara umum sekolah yang berhasil dicirikan sebagai berikut :
a. Adanya tujuan yang jelas
b. Suasana yang kondusif untuk belajar
c. Harapan yang tinggi dari siswa
d. Kepala sekolah yang demokratis
e. Dukungan yang kuat dari orang tua dan masyarakat
f. Kurikulum dan pengajaran yang efektif
g. Belajar dan mengajar yang efektif
h. Pengajar yang efektif.
C.
Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Beberapa penafsiran tentang pengertian kurikulum
antara lain :
a. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran,
Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang-orang
pandai masa lampau yang telah disusun secara sistimatis dan logis.
b. Kurikulum sebagai Renacan Pembelajaran,
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Dengan program itu siswa melaukan berbagai tingkah laku siswa, sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
c. Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar.
Pandangan ini menyatakan sebagai berikut : bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum
tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga
kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra da
ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang mencakup dan memberikan pengalman
belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalh kurikulum. (Oemar Hamalik ,
1994).
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum didasarkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenajng masing-masing satuan
pendidikan. (UUSPN, 1989).
Pengembangan kurikulum harus
berlandasrkan kepada faktor-faktor yaitu
:
a. Tujuan filsafat dan Pendidikan nasional
yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada
giliranya menjadi landasan dalam metumuskan tujuan kurikulum suatu satuan
pendidikan.
b. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam
masyarakat kita.
c. Perkembangan peserta didik yang menunjuk
pada karakteristik perkembangan peserta didik.
d. Keadaan lingkungan yang dalam arti luas
meliputi lingkungan manusiawi, lingkungan kebudayaan termasuk iptek dan
lingkungan hidup serta lingkungan alam.
e. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup
kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi,
kesejahteraan rakyat, hukum, hankam dan sebagainya.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Beberapa faktor di atas saling mempengaruhi antara
satu dengan lainnya. (Oemar Hamalik, 1991).
3. Komponen-komponen pengembangan kurikulum
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan
memiliki komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yakni :
a. Tujuan, tujuan kurikulum tiap satua
pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut UUSPN(1989) bahwa Kurikulum merupakan
suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan
pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
b. Materi Kurikulum, materi kurikulum pada
hakikatnya adalah isi kurikulum. Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan
pelajaran untuk mencapai tujuan penyelengaraan satuan pendidikan yang
bersangkutan dalam rangka upaya mencpai tujuan pendidikan nasional.
Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai
dengan tujuan kurikulum yang meliputi : Teori, Konsep, Generalisasi, Prinsip,
Prosedur, Fakta, Istilah, Contoh, Definisi dan Preposisi.
c. Metode adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu
metode yang mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan
siswa dalam proses pembelajaran.Metode ini dilaksankan melalui prosedur
tertentu. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam
kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan siswa dan guru
karena itu penyusunannya hendaknya berdasarkan anlisa tugas yang mengacu pada
tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku siswa.
d. Organisasi Kurikulum, organisasi kurikulum
terdiri dari beberapa bentuk yang masing-masing memiliki ciri-cirinya
tersendiri antara lain :
1) Mata pelajaran terpisah-pisah.
2) Mata ajaran berkorelasi
3) Bidang studi
4) Program yang berpusat oada anak.
5) Core program
6) Eclectic program
e. Evaluasi, evaluasi merupakan suatu
komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yag akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi
itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran,
kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
4. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berdasarkan
prinsip-porinsip sebagai berikut :
a. Prinsip berorientasi pada tujuan
Pengembangan kurikulum di arahkan untuk mencapai
tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan
kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujaun satuan dan
jenajng pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang selanjutnya menumbuhkan
perubahan tingkah lku peserta didik yang menckup tiga aspek tersebut dan
bertalin dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
b. Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi
dan sistem penyampaiannya harus relevan dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa serta serasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi
efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia
agar mencapai hasil yang optimal. Keterbatasan fasilitas sarana dan prasaran
sekolah harus digunakan secara tepat guna oleh siswa dalam rangka pembelajaran
yang kesemuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.
d. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah,
dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan
kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku.
e. Prinsip Berkesinambungan
Kurikulum disusun secara berkesinambungan artinya
bagian-bagian, aspek-aspek, materi dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional
yang bermakna, sesuai dengan jenjang
perkembangan siswa. Denga prinsip
ini tampak jeals alur dan keterkaitan di dalam kurikulum tersebut sehingga
mempermudahguru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan
keseimbangan secara proporsional dan
fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara smua mata ajaran,
dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu
diadkan antara teori dan praktek, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial,
humaniora dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan kurikulum dapat diharapkan
terjalinnya perpaduan yang lengkap dan menyeluruh yang satu sama lainnya saling
memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.
g. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarka
prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau
toipik dan konsisten antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan
semua pihak bik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. Dengan
keterpaduan ini diharapkan terbentuknya pribadi yang bulat dan utuh.
h. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum dirancang berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu
pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu
sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh dejarat mutu guru, kegiatan belajar
mengajar, peralatan/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur
berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.
5. Ciri kurikulum yang efektif
Menurut Mc Gaw, et al. (1992) bahwa kurikulum di sekolah yang efektif memiliki
tiga ciri mendasar antara lain :
a. Pengetahuan dasar yang paling harus dapat
diperoleh oleh semua siswa terlepas latar belakang siswa. Hal ini penting
karena kelas seringkali ditempati oleh siswa dengan kemampuan, interes dan
latar belakang yang seragam namun demikian memerlukan pengembangan yang
seimbang dan merata. Disamping itu sekolah di dirikan bukanlah hanya untuk
sekelompok murid tertentu, tetapi ia adalah tempatdimana sejumlah anak muda
mencari ilmu dan keterampilan, jadi pengetahuan dan keterampilan harus dapat
diperoleh semua siswa.
b. Alokasi waktu diseimbangkan untuk semua
kurikulum. Keputusan alokasi waktu didasarkan pada keadaan pengetahuan,
pelajaran mana yang paling berharga dan bagai mana siswa belajar terbaik. Jada
kalau kurikulum tertentu ( misalnya, pendidikan agama ) dianggap sangat
penting, tetapi alokasi waktu tidak maksimal maka menanggalkan ciri – ciri
keefektifan sekolah.
c. Koherensi kurikulum yang berarti bahwa
pelajaran yang lalu harus menjadi landasan untuk pelajaran sekarang dan untuk
memprediksi pelajaran yang akan datang. Koherensi akan sangat membantu siswa
untuk memahami pengetahuan tertentu secara komprehensif karena sifatnya tidak
terpisah – pisah.
Selama pengajaran berlangsung
siswa di sekolah efektif memamfaatkan lebih banyak waktunya untuk belajar:
individual atau kelompok, terstruktur atau non struktural. Siswa juga
diharuskan mengerjakan tugas – tugas sekolah baik di sekolah maupun
dirumah (Murphy, 1985).
Selanjutnya siswa merasa aman dan tentram dalam suasana belajar, belajar
bagaimana belajar, mengerjakan tugas menarik dan ikut serta dalam kegiatan
sekolah secara penuhkepercayaan diri dalam belajar (Cuttance, 1991). Singkatnya sekolah–sekolah
yang efektif memiliki kurikulum yang siap untuk dipelajari oleh siswa dengan
berbagai aktifitasnya dalam suasana yang tentram, aman dan bebas dari tekanan.
D. Proses Pembelajaran
1.
Perkembangan konsep pembelajaran
Pandangan mengenai konsep
pengajaran terus menrus mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi pendidikan. Perkembangan itu antara lain :
a. Pengajaran sama artinya dengan kegiatan
mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan
oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini guru
bertindak dan berperan aktif bahkan sangat meonjol dan bersifat menentukan
segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar.
b. Pengajaran merupakan interaksi dan
belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling
pengaruh-mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa.
Guru bertindak sebagai pengajar sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan
perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun
peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya.
c. Pengajaran sebagai suatu sistem. Pengertian
pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau
prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas yang mengandung dan
dilandasi oleh berbagai dimensi yakni : Profesi guru, Perkembangan dan
pertumbuhan siswa/peserta didik, Tujuan pendidikkan dan pengajaran, Program
pendidikan dan kurikulum, Perencanaan
pengajaran, strategi belajar mengajar, Media pengajaran, Bimbingan belajar,
Hubungan antara sekolah dan masyarakat, manajemen pendidikan/kelas.
2. Ciri-ciri Pembelajaran.
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara
lain:
a. Rencana ialah penataan ketenagaan,
material dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam
suatu rencana khsusus.
b. Kesalingtergantungan antara unsur-unsur
sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai
tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat manusia dengan
sistem yang alami. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem sistem. Tujuan utama sistem
pembelajarn agar siswa belajar.
3. Unsur-unsur Pembelajaran
Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah
seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini guru tidak termasuk sebagai sistem pembelajaran,
fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai penganti
seperti buku, slide yang diprogramkan. Namun seorang kepala sekolah menjadi
salah satu unsur sistem pendidikan karena berkaitan dengan prosedur perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran.
Unsur-unsur dinamis pembelajaran pada diri guru antara lain : Motivasi
membelajarkan siswa dan Kondisi guru
siap membelajarkan siswa. Sedangkan
Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar antara lain : Motivasi
menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi
dengan berbagai upaya pembelajaran dan Sumber-sumber yang digunakan sebagai
bahan belajar terdapat pada:
a. Buku pelajaran yang sengaj dipersipakan
dan berkenaan dengan mata ajaran tertentu.
b. Pribadi guru sendiri pada dasarnya
merupakan sumber tak tertulis dan sangat penting serta sangat kaya dan luas.
Yang perlu dimanfaatkan secara maksimal.
c. Sumber masyarakat merupakan sumber yang
paling kaya bagi bahan belajar siswa.
d. Pengadaan alat-alat bantu belajar
dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang tua. Namun harus
dipertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar
itu dengan tujuan belajar, kemampuan siswa sendiri, bahan yang
dipelajari dan ketersedianya di sekolah. Prinsip kesesuaian ini perlu
diperhatikan karena sering terjadi pemilihan dan penggunaan alat bantu belajar
ternyata tidak cocok untuk kegiatan belajar itu sendiri, dan ternyata tidak
banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa.
e. Untuk menjamin dan membina suasana belajar
yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya antara lain :
1) Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran
di kelas.
2) Perlu adanya kesadran yang tinggi
dikalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas.
3) Guru dan siswa berupaya menciptakan
hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelas.
f. Subyek belajar yang berada dalam kondisi
kurang mantap perlu diberikan binaan. Pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan
belajar dengan tingkat kecerdasan siswa, memperhatikan tingkat kesiapan belajar
yang tepat waktunya, penyesuaian bahan belajar dengan kemampuan bakatnya, dan
memberikan pengalaman-pengalman prekuisit, semua kondiai itu perlu terus
dikontrol oleh guru. Sediakan waktu khsusus untuk mengenal dan mengetahui
dengan seksama semua kondisi subyek belajar. Bila diketahui terdapat ketidak seimbangan
dan ganguan pada kondisi mereka, maka guru perlu segera melakukan upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkannya.
4. Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan sistem
yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tetapi juga sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar sistemik, yang dilandasi dengan
prinsip-prinsip psikologi behaviriostik dan humanistik serta kenyataan dalam
masyarakat sendiri.
a. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran
Aspek-aspek
pendekatan sistem pembelajaran meliputi aspek filosofis yaitu pendangan hidup yang melandasi sikap si
perancang sistem yang terarah pada kenyataan sedangkan aspek proses ilah suatu
proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Suatu
perangkat dari alat atau tehnik dalam pendekatan sistem ialah berupa
kemampuan-kemampuan merumuskan tujuan secara operasional, mengembangkan
deskripsi tugas-tugas secara lengkap dan akurat dan melaksanakan analisis
tugas.
b.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran
Ciri-ciri dari pendekatan
sistem pembelajaran yakni :
1)
Pendekatan sistem sebagai suatu
pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana berlangsung kegiatan
belajar mengajar, terjadi interaksi antara siswa dengan guru dan memberikan
kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif.
2)
Penggunaan metodologi untuk
merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan,
pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju ke
pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
c. Pola pendekatan sistem pembelajaran
Pendekatan sistem pembelajaran dapat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan.
Analisa
kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi
tujuan-tujuan pembelajaran
2)
Merancang metode dan materi pembelajaran
3)
Pelaksanaan pembelajaran.
4)
Menilai dan merevisi.
5. Model pembelajaran berdasarkan
teoi-teori belajar.
Model-model pembelajaran antara lain :
a. Model Interaksi sosial, model ini
berdasarkan teori gestal. Model ini menitik beratkan pada hubungan antara
individu dengan masyarakat atau dengan
individu lainnya. Tekanannya pada proses realita. Model ini berorientasi pada
perioritas terhadap perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain, perbaikan proses-proses demokratis dan perbaikan masyarakat. Model ini
mencakup :
1) Kerja kelompok, tujuannya untuk
mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara
mengembangkan hubungan interpersonal dan keterampilan menemukan dalam bidang
akademik.
2) Pertemuan kelas, tujuannya adalah untuk
mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3) Pemecahan masalah sosial atau inqury
sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah
sosial dengan cara berpikir logis dan
penemuan akademik.
4) Model laboratorium bertujuan untuk
mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
5) Bermain peranan bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui
situasi tiruan.
6) Simulasi sosial bertujuan untuk membantu
siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
b. Model Proses Informasi
Model ini berorientasi pada
kemampuan siswa memproses informasi dan sitem-sistem yang dapat memperbaiki
kemampuan tersebut. Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara
mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep-konsep dan
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal.
Model ini dalam strategi pembelajaran antara lain: Mengajar induktif, Latihan
inquiry, Inqury keilmuan, Pembentukan konsep.
c.
Model pengembangan.
1) Model Personal
Model ini berorientasi pada
individu dan pengembangan diri. Titik beratnya pada pembentukan pribadi
individu dan mengorganisasikan realitanya yang rumit. Strategi model
pembelajaran antara lain : Pengajaran non direkstif, Latihan kesadaran, Sinetik
dan sistem konseptual.
2) Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bermaksud
mengembangkan sistem-sistem yang efiaien untuk memmperurut tugas-tugas belajar
dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.
6. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran antara lain :
a. Pembelajaran penerimaan meliputi :
1) Penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum,
aturan-aturan, serta ilustrasi khusus.
2) Pemahaman terhadap prinsip umum, pengujian
dilaukan dengan tes yang menuntut pernyataan ulang mengenai prinsip-prinsip dan
contoh-contoh yang telah diberikan.
3)
Partikularisasi, penerapan prinsip umum ke dalam
situasi/keadaan tertentu.
4)
Tindakan gerakan dari suasana kognitif dan proses
simbol kesuasana perbuatan/tindakan.
b. Pembelajaran penemuan meliputi :
1) Tindakan dalam instansi tertentu.
2) Pemahaman kasus tertentu
3) Generalisasi
4) Tindakan dalam suasana baru.
c. Pembelajaran Penguasaan, langkah-langkah
yang ditempuh antara lain:
1) Mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan
menggunakan metode kelompok
2) Memberikan tes diagnostik untuk memeriksa
kemajuan siswa.
3) Siswa yang telah berhasil diperkenankan
menempuh pelajran berikutnya.
4) Melakukan pemeriksaan akhir untuk
mengetahui hasil belajar yang telah tercapai oleh siswa.
d. Pembelajaran terpadu, langkah-langkah
pokok antara lain:
1) Menyusun sumber unit yang luas bertitik
tolak dari topik atau masalah tertentu.
2) Menyusun unit pembelajaran yang dirancang
dengan pola tertentu.
3) Menyusun unit lesson dalam rangka
melaksanakan unit pengajaran yang telah dikembangkan.
4) Menyusun satuan pelajaran yang akan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar harian.
E. Guru di Sekolah Efektif
Guru–guru di sekolah efektif memiliki
ciri–ciri yang telah ditentukan oleh para ahli. Guru–guru menggunakan banyak
waktunya untuk mempersiapkan dan mengajarkan isi pelajaran serta selalu monitor
dengan dekat hasil kerja siswa (Murphy et al., 1985). Mereka mengembangkan
hubungan interpersonal; dus hubungan antar mereka dicirikan dengan respek,
interes, sensitifitas, perhatian, kepercayaan, tak ada guru yang melecehkan
guru lain. Mereka juga mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa dan selalu
mendorong siswa untuk melakukan yang terbaik. Mereka juga memiliki catatan
kemajuan siswa dan memberitahukannya kepada siswa agar siswa mengetahui
pekerjaannya ( Cuttance, 1991). McGaw et
al (1991) dan Porter
(1991) menyatakan bahwa guru – guru disekolah efektif adalah mereka yang
mendorong siswa untuk menjadi benar – benar mencari ilmu; menggunakan waktu secara
efektif, khususnya waktu untuk mengajar; mengetahui dan menghargai pencapaian
dan usaha siswa; secara sistematik dan reguler memonitor perkembangan siswa;
dan selalu mengembangkan keilmuannya. Evans (1992) merangkum kualitas guru yang
mencirikan keberhasilan sekolah sebagai berikut :
1.
Mengajar
bagaimana belajar, mengenali kebutuhan siswa dan membagi waktu untuk belajar.
2.
Cinta
belajar
3.
Berdedikasi
dan antusias
4.
Toleran
dan memahami perbedaan individu.
5.
Mendorong
kemandirian.
6.
Mendorong
self-esteem, percaya diri dan menghargai diri.
7.
Fasilitator
belajar.
8.
Mendorong
rasa ingin tahu, mengembangkan mental mencari dan merangsang siswa.
9.
Berkehendak
berubah, mencoba ide baru dan memprediksikan masa depan
10.
Mengenali
pencapaian siswa
11.
Memonitor
kemajuan siswa dan membuat catatan yang akurat.
12.
Memberikan
umpan balik yang berharga.
13.
Secara
reguler memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang kemajuannya.
14.
Harapan realistik tapi yakin akan sukses.
15.
Disiplin
16.
Terlibat
dalam bimbingan siswa
Menurut Ahli lain bahwa ciri-ciri guru yang
efektif antara lain :
1. Guru sebagai Pribadi kunci
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa yang dibimbing oleh
guru yang memiliki kesehatan mental
yang baik memperlihatkan
stabilitas emosional uyang lebih tinggi dari pada para siswa yang dibimbing
oleh guru yang mental kurang sehat.
Menurut Blain dan Simpson (1962) bahwa
tidak perlu dipertanyakan lagi tentang kesehatan mental guru-guru memang
mempengaruhi tingkah laku siswa yang
dibimbingnya.
Belajar tentang citarasa, hal-hal yang
disenangi, cita-cita dan sikap merupakan hal-hal penting sebagai hasil pendidikan karena biasanya
hal-hal tersebut dapat menjadi penghambat atau sebaliknya menjadi pendorong
bagi seseorang untuk melanjutkan kegiatannya yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan setelah mereka keluar dari sekolah. Dalam hubungan
dengan pembentukan sikap, perasaan senang atau tidak senang, cita-cita dan
sebaginya ada yang berpendapat bahwa hal-hal tersebut tidak diajarkan dengan
sengaja tetapi merupakan hasil tambahan dari belajar formal yaitu belajar yang
disengaja dan dipimpin serta diarahkan oleh guru.
Hal ini menunjukkan pentingnya suasana kelas dan
tindakan-tindakan guru dalam mempengaruhi pembentukan sikap siswa dan perasaan
siswa. Suasana kelas yang tegang berakibat sikap dan tindakan guru yang
otoriter, suka mencela dan tidak mau mengerti tentang keadaan siswa. Sikap
saling menghargai tak mungkin tumbuh pada anak-anak bila guru sendiri tidak
dapt menunjukkan sikap menghargai terhadap individu para siswanya.
2. Peran guru sebagai pengajar
dan pembimbing
Guru Dewasa ini berkembang sesuai dengan
fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem
sekolah yang sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
tenaga pengajar perlu mendapat perhatian khusus. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan. Oleh karena itu peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk
membina tenaga-tenaga guru yang profesional adalah unsur paling penting bagi
pembaharuan dunia pendidikan. (Oemar Hamalik, 2002)
a. Guru sebagai pengajar
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah
memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak
didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu. Melalui bidang pendidikan, guru
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam
keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai
pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus
dilaksanakannya sebagai seorang guru.
Yang dimaksud sebagai peranan
ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari
pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas keberhasilan
kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar, dan karenanya guru
harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping mengusai materi yang kan
diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi
belajar yang sebaik-baiknya.
b.
Guru sebagai pembimbing
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimal
terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam
tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak
mau harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan
menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku itu merupakan ciri
khas dari tugas atau jabatan tadi. Sehubungan dengan peranannya sebagai
pembimbing, seorang guru harus :
1) Mengumpulkan data tentang siswa.
2) Mengamati tingkah laku siswa
dalam situasi sehari-hari.
3) Mengenal para siswa yang memerlukan
bantuan khusus.
4) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan
orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh
saling pengertian tentang pendidikan anak.
5) Bekerja sama dengan masyarakat dan
lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa.
6) Membuat catatan pribadi siswa serta
menyiapkannya dengan baik.
7) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau
individu.
8) Bekerja sama dengan petugas-petugas
bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah para siswa.
9) Menyusun program bimbingan sekolah
bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
10) Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
c. Ciri-ciri guru yang efektif
Guru
memiliki banyak kombinasi sifat atau kualitas pribadi. Apa yang menarik dan
efektif bagi seorang siswa mungkin menimbulkan respon yang negatif dari siswa
yang lain. Guru yang efektif pada suatu tingkatan kelas tertentu mungkin tidak
efektif pada tingkatan lain.
Ciri
Guru-guru yang baik antara lain :
1) Guru yang baik adalah guru yang waspada
secara profesional. Ia berusaha terus menerus untuk menjadikan masyarakat
sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.
2) Mereka yakin akan nilai atau manfaat
pekerjaanya.
3) Mereka memiliki seni dalam
hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya.
4) Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan
dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang
yang menggambarkan profesinya.
5) Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh.
(Slameto, 1995)
F. Orang Tua di sekolah efektif
Dalam sekolah efektif orang tua siswa
berpartisipasi secara baik. Orang tua yang memperhatikan pekerjaan siswa
dirumah dan yang mengetahui apa yang dilakukan oleh siswa mendorong siswa untuk
lebih giat belajar disekolah (McGaw et al., 1991). Sedangkan menurut Murphy et
al. 1985) bahwa dalam sekolah efektif, orang tua sering menerima komunikasi
dari sekolah tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu mencapai
tujuan sekolah. Pemikiran dan harapan orang tua juga diperhatikan dalam
keputusan sekolah. Orang tua diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
fungsi dan aktivitas sekolah, dan memiliki kesempatan untuk mempelajari program
– program sekolah dan belajar bagaimana mereka bisa bekerja dengan anaknya
dirumah tentang mata pelajaran. Makin dekat orang tua dengan pendidikan
anaknya, makin tinggi pengaruhnya pada perkembangan anak dan pencapaiannya ( Fullan, 1991).
Partisipasi orang tua pada sekolah tidak hanya berupa
finansial, misalnya menyumbang untuk pengembangan pendidikan sekolah, tetapi
dengan cara memperhatikan dan membantu belajar anak dirumah dan diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dalam keputusan–keputusan sekolah baik yang
berkenaan dengan dana maupun hal akademis. Jadi partisipasi orang tua sifatnya
akademis dan non akademis.
G. Kepala Sekolah yang Efektif
Banyak sekali studi atau
anggapan bahwa kapala sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan
sekolah, karena merekalah yang sebenarnya menggerakkan pola organisasi sekolah
meskipun dengan bantuan pihak lain. Lalu kepala sekolah yang bagaimana yang
mendorong keberhasilan sekolah. Menurut Johnson dan Holdaway (1990) menyatakan
bahwa ciri-ciri kepala sekolah di sekolah efektif. Namun kebanyakan studi ini menyatakan bahwa
kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki ciri-ciri
kepemimpinan instruksional sebagai lawan dari manager. Kepemimpinan
instruksional adalah kepemimpinan yang mengarahkan sumber-sumber non manusia
dan sumber manusia untuk menciptakan suasana belajar yang mendorong pencapaian
belajar siswa. Adapun ciri-ciri kepala sekolah efektif adalah sebagai berikut :
1.
Menekankan
tujuan dan hasil yang terfokus pada belajar. Kepala sekolah efektif aktif dalam
menentukan tujuan pengajaran, menekankan keterampilan dasar mengajar,
mengembangkan standar pencapaian siswa, dan mengekspresikan kepercayaan bahwa
semua siswa dapat mencapai tujuan belajar.
2.
Pengambilan
keputusan yang kuat dan berwibawa. Kepala Sekolah yang berhasil lebih mampu
dari koleganya, mereka dianggap sebagai pemimpin yang efektif dalam memelihara
hubungan dengan orang tua dan masyarakat sekitar.
3.
Manager
efektif. Kepala sekolah mencurahkan banyak waktunya untuk koordinasi dan
managemen pengajaran dan lebih mampu dalam urusan pengajaran. Mereka
memperhatikan guru-guru dalam bekerja, mendiskusikan problem-problem
pengajaran, mendukung usaha-usaha guru untuk meningkatkan dan mengembangkan
prosedur efakuasi yang menilai baik performans guru maupun siswa, serta
mendorong perkembangan stafnya.
4.
Keterampilan
human relationship yang kuat. Kepala sekolah memahami keunikan dan kebutuhan
guru dan mambantu guru dalam mencapai tujuannya. Mereka memperkokoh team staf
(demokratis) dan menanamkan rasa kebanggaan dalam sekolah diantara para guru,
siswa dan orang tua.
Dari Beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri kepala sekolah yang efektif untuk
memimpin sekolah yang efektif antara lain :
1. Memiliki Visi dan Misi serta berorientasi masa depan.
2. Menekankan tujuan dan hasil yang terfokus
pada belajar dan mutu pendidikan.
3. Pengambilan keputusan yang kuat dan
berwibawa, tidak merugikan pihak lain dan setelah dilakukan pembahasan secara
bersama-sama dengan komponen lain.
4. Bersifat demokratis/tidak otoriter.
5. Mampu mengelola sekolah dengan baik.
6. Memiliki kemampuan menjadi Manager yang
efektif.
7. Memiliki Keterampilan human relationship
yang kuat dengan komponen lain.
8. Memiliki kemampuan untuk memotivasi guru,
tata usaha dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.
9. Memiliki hubungan yang kuat dengan
lingkungan eksternal.
10. Mampu membuat program-program yang dapat
didukung oleh komponen sekolah maupun di luar sekolah.
11. Bersifat Inovatif, kreatif dalam memajukan
pendidikan di sekolah.
12. Memiliki kapabilitas dan akuntabilitas
yang tinggi.
13. Selalu memperhatikan nasib guru.
IV. SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahwa sekolah yang berhasil di pengaruhi
oleh kurikulum, guru, orang tua, dan kepala sekolah dengan berbagai
ciri-cirinya seperti tersebut diatas, sebenarnya yang paling berperan dalam
keberhasilan sekolah adalah kepala sekolahnya. Dengan kemampuan kepala sekolah
untuk memobilisir segala potensi yang ada, sekolah dapat berkembang dengan
pesat meskipun sumber yang ada sebenarnya belum maksimal.
2. Bahwa diperlukan pengembangan profesi
dengan cara mengikuti pendidikan tambahan diperguruan tinggi yang akan menambah
wawasan tentang managemen pendidikan. Hanya dengan pemimpin yang baik maka sekolah-sekolah akan bisa produktif seperti yang diharapkan oleh
masyarakat.
3. Guru-guru yang baik antara lain :
a. Guru yang baik adalah guru yang waspada
secara profesional.
b. Mereka yakin akan nilai atau manfaat
pekerjaanya.
c. Mereka memiliki seni dalam
hubungan-hubungan manusiawi yang diperolehnya dari pengamatannya.
d. Mereka tidak lekas tersinggung oleh
larangan-larangan dalam hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan
oleh beberapa orang yang menggambarkan profesinya.
e. Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh.
4. Ciri sistem pembelajaran antara lain:
Rencana, Kesalingtergantungan antara
unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan dan Tujuan.
5.
Kurikulum yang efektif antara lain : Pengetahuan dasar yang paling harus
dapat diperoleh oleh semua siswa terlepas latar belakang siswa, Alokasi waktu
diseimbangkan untuk semua kurikulum, Koherensi kurikulum yang berarti bahwa
pelajaran yang lalu harus menjadi landasan untuk pelajaran sekarang dan untuk
memprediksi pelajaran yang akan datang.
6. Bahwa secara organisasional sekolah yang
berhasil dicirikan sebagai berikut : Adanya tuntutan Akademik yang tinggi;
Kepala sekolah yang serius, kreatif, inovatif dan demokratis; Berorientasi belajar;
Kepemimpinan yang baik; Peningkatan mutu
staf; Adanya dukungan dari orang
tua; Suasana sekolah yang kondusif;
Mengarahkan dana yang cukup besar untuk peningkatan pengajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar