MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI PENDIDIKAN
Oleh : Muhammad Firdaus
- Pendahuluan
M Fakry Gaffar (1987:143) menyatakan bahwa
produktivitas adalah output total organisasi yang merupakan kontribusi dua
faktor besar : teknologi dan performance kerja. Kedua faktor tersebut merupakan
hasil bentukan dari sejumlah faktor lain yang saling berpengaruh dan kompleks.
Faktor tekonogi terdiri dari sejumlah faktor seperti bahan baku, metoda kerja,
bangunan/ gedung, kualitas dan desain produk, alur kerja proses produksi dan
manajemen. Sedangkan faktor manusia merupakan bentukan antara motivasi dan
kemampuan pelaku dalam organisasi.
Demikian pula dalam penyelenggaraan
pendidikan, produktivitasnya tidak hanya ditentukan oleh tekonogi ( sistem,
kurikulum, sarana prasarana, biaya dan manajemen) saja, tetapi juga oleh tenaga
kependidikan. Lebih dari itu penyelenggaraan pendidikan dan peserta didik harus
mempunyai motivasi dan kemampuan yang prima untuk melaksanakan proses dan
memperoleh hasil yang memuaskan. Kepuasan kerja atau kepuasan belajar mengajar
merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia (
penyelenggara dan peserta didik) dalam organisasi lembaga pendidikan. Kepuasan
harus menjadi tujuan utama organisasi kedua setelah produktivitas.
Kepuasan seseorang baik sebagai pribadi
atau sebagai bagian dari organisasi tidak akan terlalu sulit tercapai apabila
mempunyai visi, motivasi, misi dan komitmen yang kuat untuk mencapai kepuasan
tersebut.
Kualitas pelayanan prima dari setiap
organisai merupakan dambaan setiap pelanggan, bahkan semua yang berkepentingan
dengan organisasi tersebut. Untuk dapat memuaskan semuanya itu saran Bill
Creech (1996 : 521) diantaranya bangun TQM anda dan prinsip-prinsipnya, pada
lima buah pilar sistem : Produk-proses-organisasi-kepemimpinan-komitmen. Kelima
pilar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Selanjutnya Bill Creech
(1996 : 6) menyatakan bahwa :
Produk adalah titik pusat tujuan
pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam
proses. Mutu dalam proses tak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Komitmen
yang kuat, dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain.
Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu
lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah.
Dengan pendekatan TQM ( pendekatan mutu
terpadu), komitmen merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan dalam mencapai
tujuan organisasi yang berkualitas.
Sementara
Jam’an Satori (2000) yang dikutip Tumpal Situmorang (2000 :2) mengatakan bahwa
pengertian umum komitmen dapat disebut sebagai : kepemilikan tanggung jawab,
loyalitas atau pengorbanan seseorang dalam bidang pekerjaannya.
Dengan
demikian komitmen merupakan kepemilikan tanggung jawab dan loyalitas atau
kesetiaan dan pengorbanan yang dipengaruhi oleh persepsi, moral, motivasi,
konsistensi, kepemimpinan, kepuasan kerja, proses dan budaya organisasi.
Sikap berani mengambil resiko merupakan
manifestasi dari tanggung jawab seseorang terhadap lingkungannya, organisasi
atau pekerjaannya. Bentuk tindakan yang muncul antara lain : partisipasi aktif,
berusaha untuk menguasai berbagai kemampuan bidang kerjanya dan lainnya. Sikap
terbuka adalah sikap individu untuk menerima masukan dan saran berkaitan dengan
hasil pekerjaannya. Tindakannya antara lain siap ditanya, siap dikritik dan
lainnya. Sikap kritis adalah sikap individu untuk tidak cepat percaya dan
selalu berusaha untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun.
Tindakannya antara lain mencari penyebab permasalahan, bebas untuk mengeluarkan
pendapat dan lainnya.
Berdasarkan eksplorasi sikap-sikap yang
dapat menimbulkan komitmen baik pada diri pribadi maupun terhadap organisasi
dari pengertian komitmen dan sikap seperti pada uraian diatas, dapat
diidentifikasi tindakan-tindakan sebagai berikut :
No
|
Sikap
|
Tindakan
|
1
|
Berani mengambil resiko
|
1. Berusaha untuk meningkatkan kemampuan
diri
2. Berusaha untuk meningkatkan kualitas
layanan
3. Bertanggungjawab terhadap yang
dikerjakannya
4. Aktif berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok kerja
5. Berusaha untuk menguasai dan mempelajari
berbagai kemampuan yang menyangkut dengan bidangnya
6. Menganggap kesalahan yang dilakukan
anggota tim sebagai kesempatan untuk belajar
7. memberitahukan dan membetulkan kesalahan
yang dilakukan orang lain
8. Tidak malu untuk bertanya
9. Mengambil tindakan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah
10. Siap mengikuti perubahan
11. Secara aktif berusaha untuk meningkatkan
kondisi kerja
12. Menganggap perubahan merupakan hal yang
wajar harus diikuti
13. Melakukan perubahan menuju kondisi yang
lebih baik
14. Berusaha untuk memperbaiki produk/ layanan
secara kontinu
|
2
|
Terbuka
|
1.
Selalu
siap ditanya mengenai bidang pekerjaannya
2.
Selalu
siap untuk dikritik
3.
Selau
siap untuk menerima saran
4.
Menghargai
pertanyaan orang lain mengenai bidang pekerjaanya
5.
Menganggap
pertanyaan yang diajukan sebagai koreksi positif
6.
Berusaha
untuk mempelajari penyebab kesalahan dan segera memperbaikinya
|
3
|
Kritis
|
1. Bebas untuk mengambil keputusan yang
menyangkut bidang pekerjaannya
2. Bebas berpikir dan mengeluarkan pendapat
3. Mempertanyakan asal usul fakta/ data
yang diterima
4. Mencari penyebab terjadinya permasalahan
5. mengidentifikasi terjadinya permasalahan
6. Melakukan tindakan secara cepat dalam
mengatasi permasalahan
7. Sering mengamati, dan mempelajari
keunggulan organisasi lain untuk dikembangkan dan diterapkan sesuai kondisi
organisasinya
|
Komitmen organisasi pendidikan dibangun
oleh komitmen pemimpin, bawahan, peserta didik, sertaP orang tua dan
masyarakat.
A.
Komitmen Pemimpin
Yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan
adalah pimpinan pendidikan mulai dari tingkat pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota,
kecamatan, sampai pada unit pelaksana teknis, Kepala Sekolah baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
Memperoleh dan menjaga komitmen merupakan
hal yang penting bagi seorang pemimpin, karena komitmen terhadap perilaku
seseorang memiliki bebagai implikasi. Untuk meyakinkan orang lain mengenai
harapan masa depan, seorang pemimpin harus dapat memberi alternatif pilihan,
membuat pilihan tersebut mudah untuk dilaksanakan dan sulit untuk diubah
seketika.
Memberikan sebuah pilihan akan membantu
menyingkirkan keraguan dan menghilangkan berbagai hal yang tidak konsisten
antara perilaku dan sikap. Pemimpin yg bijaksana tidak memaksakan perubahan
terhadap orang lain, melainkan akan mengajak untuk bergabung, menawarkan
berbagai pilihan untuk diambil kesepakatan bersama. Pemimpin yang demikian akan
memelihara dorongan alamiah terhadap otonomi yang dimiliki seseorang, sehingga
akan memiliki rasa tanggung jawab secara pribadi terhadap keputusan yang
disepakati bersama tersebut. Nampaknya membangun komitmen mudah dilaksanakan
oleh seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan James M Kouzes dan Barry Z Posner
(1995:254) yang mengatakan bahwa :
Commitment
is also more likely if choice are made visible. By announcing oru choices to
the public and by making the subsequent actions visible, we over tangible,
undentile evidence of our commitment to the cause. We also become subject to
other peoples review and observation.
Komitmen
juga relatif lebih mudah dibangun bila pilihan yang ada dapat dibuat lebih
mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Dengan memberitahukan kepada public
tentang pilihan yang akan kita ambil, kita juga memberikan bukti yang tidak
terbantahkan dari komitmen kita terhadap hasil yang ingin kita capai. Sebagai
tambahan, pilihan yang kita ambil sebaiknya merupakan pilihan yang tidak mudah
untuk diubah. Semakin sulit sebuah pilihan untuk diubah, maka semakin besar
investasi orang yang ada didalamnya. Ketika kita mengambil tindakan yang tidak
mudah untuk diulangi, kita diharuskan untuk menemukan dan menerima argument
yang mendukung dan membenarkan tindakan kita, proses itu akan menghasilkan
alasan yang kuat bersifat internal yang bergantung pada tanggung jawab personal
dan berkaitan dengan kepercayaan kita akan kebenaran tindakan kita.
B.
Komitmen Bawahan
Yang dimaksud dengan bawahan adalah tenaga
kependidikan baik tenaga administrasi, tenaga edukatif, laboran, pustakawan,
dan teknisi media yang tidak menjadi pimpinan pada unit pelaksana
Seorang pemimpin pendidikan sebaiknya
menyadari bahwa tenaga kependidikan perlu dimotivasi dan diperlakukan secara
spesifik. Tenaga kependidikan yang baru masuk ke dalam organisasi kependidikan
tidak serta merta memiliki komitmen terhadap organisasi kependidikan. Tenaga
kependidikan sebenarnya ingin memiliki komitmen terhadap organisasi tempat
mereka bekerja, meskipun nilai tradisional seperti penghasilan dan keamanan
kerja sangat mewarnai keinginan berkomitmen tersebut
Untuk membangun komitmen terhadap
organisasi di kalangan tenaga kependidikan, kita perlu menemukan terlebih
dahulu nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Nilai-nilai yang dianggap
penting dan berharga bagi pekerja. Nilai-nilai tersebut dapat berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan, baik yang sifatnya kebutuhan
berprestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan, juga dapat
berkaitan dengan harga diri tenaga kependidikan, serta dukungan sosial yang
didapatkan dalam lingkungan organisasi.
Proses membangun dan memelihara komitmen
seiring dengan proses penguatan terhadap orang lain. Seseorang akan merasa kuat
dan berkomitmen terhadap tugasnya ketika mereka memainkan peranan dalam
penentuan tujuan dan ketika pekerjaan mereka menawarkan kejalasan dan
determinasi sendiri. Seseorang akan lebih memiliki komitmen ketika merasa
memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan, dan semakin kuat saat tidak
dimonitor atau disupervisi secara ketat. Pilihan yang diambil akan menguatkan
orang – orang di dalam kelompok dan menguatkan ikatan dalam kolompok
Stephen R Covey (1997 : 82) mengatakan
bahwa bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita
untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat pada
diri sendiri dan orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu adalah inti
dan manifestasi paling jelas dari produktivitas kita.
Hubungan konstruktif antara tenaga
kependidikan dan pemimpin pendidikan dan hubungan antara tenaga kependidikan
adalah hal yang krusial untuk membangun komitmen. Melalui hubungan
interpersonal orang dapat merasakan dukungan sosial yang dimilikinya dan
menerima konfirmasi diri yang dapat memperkuat diri. Orang dapat bekerjasama
sebagai sebuah tim yang produktif, bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan, untuk
mempengaruhi dan memiliki dampak terhadasp orang lain. Tim produktif dapat
memberikan umpan balik dan dukungan yang dapat memperkuat harga diri dan
kepercayaan diri.
C.
Komitmen Peserta Didik
Komitmen peserta didik terhadap organisasi
pendidikan jangan sampai ditinggalkan karena peserta didik merupakan objek yang
sekaligus subjek dari tujuan organisasi pendidikan. Membangun dan memelihara
komitmen peserta didik untuk mencari dan memperoleh pengetahuan keterampilan
dan sikap harus dimulai sejak peserta didik tersebut masuk sampai keluar dari
organisasi /lembaga pendidikan
Ketika memasuki lembaga pendidikan setiap
siswa mempunyai visi yang diinginkan sehingga menarik minat peseta didik untuk
mewujudkan visi tersebut, dan untuk mewujudkannya tidak ada pilihan lain
kecuali mereka memiliki komitmen
Bobby Deporter dan Mike Hernacki
(2001:305) menyatakan bahwa
Orang yang berkomitmen secara intrinsik
termotivasi dan terdorong oleh mimpi-mimpi mereka, komitmen adalah proses dua
langkah (1) temukan keinginan anda, (2) putuskan untuk melaksanakannya, tanpa
peduli apapun. Ketika anda mempunyai visi yang kuat tampaknya mungkin seakan-akan
anda tidak mempunyai pilihan lain kecuali berpegang pada komitmen. Komitmen
juga bisa terkait dengan suatu prinsip, atau kepuasan dalam kebahagiaan orang
lain
D.
Komitmen Orang Tua dan Masyarakat
Orang tua dan masyarakat
adalah orang yang berkepentingan terhadap hasil pendidikan. Oleh karenanya
komitmen orang tua dan masyarakat untuk membantu terhadap organisasi pendidikan
sangat diperlukan melalui partisipasi aktif dalam pemikiran dan finansial
Organisasi pendidik yang
mendapat dukugan partisipasi aktif orang tua, dan masyarakat akan menumbuhkan
komitmen mereka terhadap perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan tersebut.
Jam’an Satori dkk (2001:38-39)
menyatakan bahwa :
Sekolah yang menerapkan
manajemen berbasis sekolah ( MBS ) memiliki karakteristik partispasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal
ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partispasi, makin besar
rasa memiliki makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.
E.
Langkah-langkah Membangun Komitmen
James M Kauzes & Barry Z Posner
(1995:259-265) menyarankan 8 langkah untuk membangun komitmen adalah sebagai
berikut :
1. Mulailah proses dengan memperlakukan
seseorang secara personal, singgunglah beberapa isu kritis yang bisa saja
berkaitan dengan pendidikan, perawatan kesehatan, inovasi, komunitas dan
lainnya. Perubahan khusus yang ada dimulai secara personal
2. Buatlah perencanaan yang matang. Arah
perencanaan yang disusun sebaiknya diwarnai oleh visi dan nilai yang diantut.
Libatkan sebanyak mungkin pihak yang akan mengimplementasikan rencana. Susun
rencana tersebut dalam rentang tahapan yang kecil-kecil atau jangka pendek.
Gunakanlah proses penyusunan rencana sebagai sesuatu yang bermakna secara
mental bagi orang yang mengikuti perjalanan ini
3. Ciptakan sebuah model. Gunakan sebuah
eksperimen yang dapat digunakan model apa yang sesungguhnya anda ingin lakukan
dalam program atau lokasi lain
4. Jangan ragu untuk berlatih, karena semakin
banyak berlatih kita akan menjadi semakin terampil dan semakin ahli. Tetap jaga
konsentrasi yang ada untuk fokus terhadap makna dan signifikansi visi yang
dianut dan buatlah satu waktu khusus untuk mengingatnya
5. Pentingnya seseorang yang bersifat
sukarela mau menjadi bagian dari rencana yang dijalankan. Komitmen akan mudah
timbul bila seseorang secara sukarela mau menjadi bagian dari peristiwa yang
sedang berlangsung
6. Gunakan sebuah papan buletin yang dapat
mempermudah seseorang untuk melihat apa yang sedang berlangsung, menjaga
semangat dan perhatian pada tugas yang sedang dilakukan
7. Anda akan lebih mudah mendapatkan
penerimaan dan komitmen terhadap inovasi yang anda tawarkan bila anda dapat
menunjukkan pada orang lain apa keuntungan yang akan mereka dapatkan dari
inovasi tersebut.
8. Bangkitkan rasa kebesamaan melalui
aktivitas bersama dan informal seperti acara makan pagi bersama atau acara
makan malam bersama. Melalui acara-acara tersebut, proses sosialisasi dapat
berjalan lebih natural dan lancar, dan merupakan semen yang kuat untuk menjaga
ikatan sosial yang ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar