A. Latar Belakang
Maju mundurnya suatu
organisasi sekolah sangat tergantung kepada mutu lulusannya, dan mutu lulusan
sangat tergantung oleh berjalan atau tidaknya organisasi dalam tingkat sekolah
tersebut. Berjalannya roda organisasi sekolah juga sangat tergantung kepada
kemampuan kepala sekolah, dan kemampuan sekolah akan dapat diukur dari kinerja
guru dalam organisasi sekolah yang dipimpinnya, kemudian kinerja guru akan
dapat dilihat dari lulusannya.
Organisasi sekolah harus mengutamakan mutu dan perlu
melihat peluang pasar artinya bahwa suatu organisasi sekolah harus dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumennya (pasar). Penyesuaian tersebut
sangat perlu dilakukan, sehingga organisasi tersebut dapat bergerak maju dengan
tetap mengadakan berbagai modifikasi struktur, proses dan perilaku dalam
organisasi-nya. Organisasi sekolah
sebagai salah satu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan
tentunya harus dapat mengembangkan organisasi sekolah itu sendiri guna
memperoleh kemajuan sesuai dengan keinginan tidak hanya lingkungan sekolahnya
akan tetapi masyarakatnya.
|
Diakui memang bahwa tidak mudah menjadi kepala sekolah yang mampu
menggerakkan organisasi sekolah dengan baik termasuk kinerja gurunya, banyak
hal yang harus dipahami, banyak persoalan yang harus dituntaskan, dan banyak
strategi yang harus dikuasai.
Untuk itulah dalam pembahasan akan diungkapkan dampak kepemim-pinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru dalam suatu oganisasi sekolah.
B. Pembahasan
1.
Kepemimpinan dan Perencanaan Kepala Sekolah
Dalam melaksanakan misinya,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja
guru di sekolahnya, salah satu bentuknya adalah seorang kepala sekolah harus
menciptakan iklim kerja yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah,
memberikan dorongan kepada seluruh stafnya yang meliputi staf pengajar dan staf
administrasi pada lingkungan organisasi sekolah yang dipimpinnya.
Selain itu
kepala sekolah juga dituntut untuk dapat mendisain model pembelajaran yang
menarik dengan cara membuat team teaching, moving class, dan program-program
bentuk lain yang intinya dapat memacu peningkatan mutu pada sekolah yang sedang
dipimpinnya.
Strategi yang perlu dikembangkan dalam mengembangkan organisasi sekolah
adalah dengan melibatkan guru-guru berkaitan dengan seluruh kegiatan yang ada
di sekolah yang dipimpinnya, termasuk diantaranya adalah pengambilan keputusan,
menerima saran dan pendapat, dan bentuk-bentuk partisipasi guru yang lain. Jadi
kepala sekolah harus mampu memimpin organisasi yang diembannya dan sekaligus
bertindak sebagai manajer, Stoner dalam Wahjosumidjo (1995:97) mengatakan bahwa
ada delapan macam fungsi seorang kepala sekolah yang bertindak selaku manajer
yaitu: 1) bekerja dengan, dan melalui orang lain, 2) bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan, 3) dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu
menghadapi berbagai persoalan, 4) berpikir secara realistik dan konseptual, 5)
adalah juru penengah, 6) adalah seorang politisi, 6) adalah seorang diplomat, dan
8) pengambil keputusan.
Jadi salah satu peran kepala sekolah adalah dalam menjalankan fungsinya
sebagai "efektive'communicator” yaitu mampu menggabungkan
berbagai kepentingan yang ada dalam sekolahnya, karena itu tidak dapat
disangkal lagi bahwa salah satu fungsi pimpinan yang bersifat hakiki adalah
berkomunikasi secara etektif. Kemudian, berusaha semaksimal mungkin untuk mendekatkan keinginannya dengan
keinginan para guru, siswa, dan masyarakat baik internal maupun eksternal.
Bila kepala sekolah
tidak mampu mengkomunikasikan ide-idenya kepada bawahannya, maka keterlibatan
guru secara penuh sulit terwujud. Hal ini akan menyebabkan: 1) adanya rasa
tidak memiliki lembaga tempatnya berkiprah, 2) tidak berjalannya norma-norma
sosial yang sudah ada dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, kepala sekolah sedini mungkin berusaha
mengajak para guru untuk bekerja dengan menggunakan pendekatan kemitraan, yaitu
mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi guru.
Karena dengan adanya dukungan sepenuhnya dari para guru, maka roda organisasi
sekolah akan dapat berjalan dengan baik dan atmosfir kerja yang diidam-idamkan
dapat dapat terwujud.
Kepala sekolah beserta
para staf kemudian menetapkan rencana kerja dalam jangka pendek, jangka
menengah, maupun jangka panjang dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk
mengembangkan organisasi sekolah. Ada beberapa hal yang perlu menjadi priorits
kepala sekolah dalam mengem-bangkan organisasi sekolahnya, misalnya:
a.
Pengembangan khusus
Tujuan ideal yang ingin dilaksanakan oleh kepala
sekolah yang berkaitan dengan pengembangan organisasinya adalah peningkatan
kualitas lulusan/tamatan agar dapat diserap oleh dunia kerja atau paling tidak
dapat meneiptakan lapanagan kerja mandiri.
b.
Pengembangan tujuan
Pengembangan tujuan
yang ingin dicapai dari perencanaan pengembangan organisasi sekolah adalah
untuk menjawab tantangan masa depan bagi organisasi sekolah itu sendiri.
c. Pengembangan program
Hasil perencanaan
strategi kepala sekolah beserta para staf dan masyarakat (stackholder) tersebut menjadi program perencanaan operasional
sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan. Pengembangan dilaksanakan
secara gradual dan periodik sesuai dengan kondisi dan keadaan lapangan.
Selanjutnya, agar program kepemimpinan kepala sekolah dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka diperlukan perencanaan partisipatori yang melibatkan beberapa orang dalam suatu kegiatan. Perencanaan partisipatori berarti pula perencanaan yang melibatkan beberapa orang yang berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan perencanaan yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar wewenang kedudukan, seperti perencana di tingkat pusat, kepala-kepala kantor pendidikan di daerah, dan para kepala sekolah (Pidarta, 1990 : 33 - 34), Kemudian Pidarta juga mengemukakan bahwa untuk mengembangkan organisasi sekolah, ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a. Menentukan kebutuhan
atas dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungam atau masalah yang muncul.
Bila kebutuhan banyak diadakan prioritas. Misalnya, pengadaan, kebutuhan akan
meubeler merupakan kebutuhan utama yang sangat urgen yang harus dipenuhi karena
akan menambah jumlah siswa yang akan diterima. Pada pengembangan organisasi
menurut kebutuhan dan sarana penunjang yang ada, diperlukan organisasi yang
tangguh guna menelurkan alumnus yang siap bekerja baik di institusi maupun
seara mandiri.
b. Melakukan ramalan,
menentukan program, tujuan dan misi perencanaan, setelah itu, sekolah mengambil
kesimpulan sementara untuk mengadakan pengembangan, maka langkah berikutnya
yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah: 1) menentukan program, yaitu
merencakan kualitas pelayanan yang lebih baik, dengan cara mengadakan les-les,
penambahan materi ajar, menambah referensi buku bacaan perpustakaan sekolah.
Untuk dapat berjalannya program tersebut maka perlu ilakukan forcasting untuk
menentukan jumlah, harga, dan biaya yang akan ditanggung oleh stake holder
dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, serta waktu penggunaannya. 2)
menentukan tujuan dan misi perencanaan.
c. Menspesifikasi tujuan.
Tujuan yang perlu dispesifikasi adalah tujuan yang masih bersifat umum dan belum
jelas.
d.
Membentuk/menentukan standar performan. Penentuan standar
performan dari sarana yang direncanakan pengadaannya dengan mengikuti standar
yang telah ada.
e.
Menentukan
altematif pemecahan. Setelah diadakan musyawarah dengan orang tua siswa maka
masalah-masalah yang mungkin timbul dari perbedaan pendapat dengan orang tua
dapat teratasi. Kepala sekolah, ketua BP3, atau ketua majelis sekolah harus
cepat tanggap, merekalah yang bertindak sebagai mediator yang diharapkan mampu
mencari titik temu berbagai pendapat yang berbeda-beda tersebut, kemudian
menjelaskan keuntungan dan kerugiannya,
memberikan dan menentukan alteratif jalan keluar secara musyawarah. Setelah
dicapai kata sepakat maka altematif pemecahan masalah yang dipilih adalah orang
tua/wali sanggup dan mendukung pengembangan sekolah dalam berbagai segi.
f.
Melakukan
implementasi dan menilai hal-hal yang berkembang di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
g.
Mengadakan
reviu setelah penilaian kembali dilakukan, bila tidak terdapat
kesalahan/kekeliruan/salah tafsir terhadap keputusan, maka pengimplemen-tasian
dapat dilakukan. Tetapi bila diperlukan perbaikan dan perubahan maka
partisipasi terakhir yang diharapkan adalah mereviu keputusan perencanaan
tersebut agar menjadi lebih sempuma.
Dari langkah kerja yang dilakukan di atas,
menunjukkan bahwa perencanaan partisipatori memiliki beberapa keuntungan.
Antara lain ialah perencanaan itu dnpat dimantaatkan secara kreatif dan efektif
oleh semua pemimpin baik pemimpin pendidikan maupun pemimpin masyarakat
termasuk para tokoh politik. Di sini tampak sifat menyeluruh atau integritas
perencanaan par-tisipatori, dia tidak hanya melibatkan tokoh-tokoh
pendidikan saja melainkan juga tokoh-tokoh lain yang punya perhatian terhadap
pendidikan. Ini berarti bahwa ide-ide pun tidak terbatas hanya pada ide
pendidikan saja, tetapi ide-ide lain yang dapat dikaitkan dengan pendidikan
(Pidarta, 1990 : 39 - 40).
Demikian prosedur yang dapat dilakukan dalam rangka
usaha mengembankam organisasi sekolah untuk mewujudkan visi dan misi organisasi sekolah sesuai harapan bersama: harapan kepala
sekolah, harapan guru, harapan siswa, dan harapan masyarakat.
2. Kinerja Guru Dalam Organisasi Sekolah
Kemampuan mengajar adalah gambaran
hakikat kualitatif dari prilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak
berarti. Kemampuan guru dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan
hasil belajar secara efektif selama proses belajar mengajar berlangsung tidak
hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya, tapi
juga ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengajar.
Menurut
Sadiman bahwa mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkumgan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya
proses belajar. Seorang guru harus mengetahui apa yang akan dicapai oleh siswa,
dengan apa mereka mencapainya dan bagaimana cara melakukannya. Untuk itu dalam
menjalankan tugas guru di tuntut untuk memiliki kemampuan dasar untuk
melaksanakan kegiatan mengajar. Secara umum tugas guru dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu: (1). Tugas Personal (2). Tugas
Sosial (3). Tugas profesional.
Menurut
Liberman mengajar adalah suatu profesi, sebab mengajar mengandung 8 (Delapan)
unsur profesional , yaitu :
a.
Unsur layanan sosial yang uniq, spesifik dan essensial.
b.
Aspek kecakapan intlektual yang ditekankan dalam
memberikan layanan.
c.
Persaratan latihan jangka panjang bagi setiap anggota
kelompok.
d.
Tanggung jawab yang luas bagi masing-masing praktisi
untuk membuat pertimbangan dan menampilkan prilaku yang selaras dengan
batas-batas konpentensinya.
e.
Adanya pengakuan masyarakat terhadap otonomi yang
dimiliki.
f.
Penempatan unsur layanan sebagai landasan dalam
megelola dan memikirkan kualitas kelompok.
g.
Masing-masing praktisi menjadi anggota suatu organisasi
yang luas, mandiri dan berhak untuk mengatur dirinya sendiri.
h.
Mempunyai Kode Etik kelompok yang diterima secara sadar
dan formal oleh setiap anggota, bahkan sudah teruji lewat kasus-kasus kongkret.
Dalam proses
pembelajaran, guru harus dapat mengaplikasikan suatu strategi pembelajarn yang
efektif. Newman dan Logan dalam Rusyan dkk. Mengemukakan proses penyusunan
strategi pembelajaran sebagai berikut :
a.
Menetapkan sfesifukasi dan kwalifikasi perubahan
prilaku peserta didik.
b.
Memiliki sistem pendekatan belajar mengajar utama yang
dipandang paling efektif guna mencapai sasaran. Sehingga dapat digunakan oleh
guru sebagai acuan pengembangan.
c.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
belajar mengajar yang dipandang paling efektif dan efisien.
d.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum keberhsilan
atau kreteria atau ukuran baku keberhasilan dalam melaksanakan pengukuran dan
evaluasi hasil belajar siswa.
Hasil evaluasi
belajar tersebut dapat dijadikan umpan balik bagi guru dalam menyempurnakan
sistem intruksionalnya. Ada 4 (Empat)
kelompok variabel pendidikan, yaitu : (1). Variabel Pemuda. (2). Variabel
Kontek. (3). Variabel Proses. (4). Variabel Keluaran.
Sebagai pengajar,
guru harus mampu menyampaikan materi pembelajaran secara efektif agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Disamping menguasai materi juga
harus mampu mengelola kelasnya. Agar guru dapat melaksanakan tugas mendidik dan
mengajar siswa dengan baik, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar
seperti yang dikemukakan oleh Mursell
dalam Roestiyah (1989) ada 10 (Sepuluh) prinsip yang harus di perhatikan oleh guru yaitu:
1.
|
2.Cara belajar siswa aktif.
3.Appersepsi.
4.Peragaan.
5.Repetisi.
Setiap guru harus mampu menguasai
komptensi mengajar, yang dimaksud dengan komptensi adalah “ Adequacy for a task or as possession of
riquired knowlages, skills and abelies “
komptensi merupakan kemampuan yang memadai yang diperlukan untuk
melakukan auatu tugas atau pengawasan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas.
Permadi
(1999) mengatakan bahwa ada 9 (Sembilan)
kompetensi utama guru, yaitu: 1) Kemampuan merencanakan dan mengelola waktu
yang tersedia untuk pembelajaran lebih efektif, 2) Kemampuan menerima dan
memahami tujuan yang berhubungan dengan proses berpikir dan pemahaman konsep,
3) Kemampuan memahami dan memberikan pelayanan kepada siswa yang berbeda
termasuk mereka yang sangat pandai dan lemah, 4) Kemampuan mengorganisir dan mengelola pembelajaran
dengan memadukan kegiatan kelas, kelompok dan individu yang sesuai dengan
keperluan siswa, tingkat dan sidat mata pelajaran, 5) Kemampuan untuk
memberikan rangsangan dan lingkungan yang efektif untuk belajar melalui
pegelolaan dan pengaturan kelas yang baik, 6) Kemampuan menggunakan lingkungan
dan pengalaman siswa sebagai sumber belajar, 7) Kemempuan untuk menggunakan
teknik pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan belajar (termasuk teknik
bertanya) berdasarkan pada penggunaan keteramppilan proses dan menuju
pendekatan pembelajaran . Problem centred yang lebih efektif dalam semuamata
pelajaran, 8) Kemampuan untuk menerima dan memberikan umpan balik yang lebih
baik antara guru dan siswa dan jugauntuk merangsang uman balik diantara siswa
sendiri, 9) Kemampuan lebih baik dalam mengevaluasi hasil belajar melalui
penataan/perencanaan yang hati-hati, pemantauan dan evaluasi keluaran siswa,
tidak hanya melalui pekerjaan yang di hasilkan oleh siswa sehari-hari tapi juga
perubahan sikap yang diamati dari waktu kewaktu.
Perencanaan
pengajaran direalisasikan dalam bentuk satuan pembelajaran. Satuan pembelajaran
pada umumnya meliputi; (1) Tujuan pembelajaran (2) Langkah pra instruksional
(3) Langkah instruksional,meliputi materi,methode, kegiatan guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar (4) Langkah evaluasi dan tindak lanju,meliputi
teknik evaluasi untuk mengetahui ketercaaian tujuan pembelajaran,alat evalasi
dan program tindak lanjut.Langkah kedua dalam proses pembelajaran adalah guru
melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan
dalam sistem pelajaran.
Dari
kelima karakteristik ini dalam pelaksanaannya saling berhubungan satu dengan
lain dalam rangka mencapai efisiensi dan efektifitas dalam pengajaran.
Kemampuan merencanakan sistem pengajaran yang sesuai untuk dapat dilaksanakan
dalam kegiatan mengajar, sedangkan untuk mengetaui keberhasilan dalam
pengajaran, guru harus mampu mengadakan evaluasi. Hal ini seperti yang di
katakan Moore, there are also certain
teacher skill that are essential for effective teaching in all grades and in
all curiculum areas. These generic skill can be classefied as preinstructional,
instructional , or post instructional”.
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru harus direncanakan
dengan berbagai modifikasi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Sejalan dengan itu menurut
“Soedijarto” kemampuan melaksanakan pengajaran memerlukan kemampuan menangkap
perubahan, mengambil keputusan secara tepat dan benar, mengambil dan memilih
alternatif pemecahan dengan segera, dan berbagai kemampuan lapangan yang
memerlukan kiat dan kemampuan taktis. Untuk dapat menentukan tecapai tidaknya
tujuan pengajaran, maka perlu dilkukan usaha atau kegiatan mengevaluasi hasil
belajar. “Gronlound” mengartikan
evluasi sebagai “proses yang sistimatis yang berkaitan dengan sejauh mana
tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa”. Pengertan tersebut menunjukkan
bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang sistimatis untuk menentukan sampai
sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai siswa.
Evaluasi
dalam pengajaran berfungsi untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan seta
keberhasilan siswa setelah menjalani kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu. Dari hasil evaluasi selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan
kedudukan siswa, selain itu juga dengan evaluasi dapat diketahui keberhasilan
program pengajaran, dan pada tahap berikutnya dapat dijadikan sebagai umpan
balik mengenai sesuai tidaknya ketepatan keputusan-keputusan yang telah diambil
oleh guru mengenai perencanaan dan pelaksanaan pengajaran.
Bila
berbagai program dimaksud dapat dilakukan oleh para guru maka sangat mungkin
berpengaruh terhadap keberhasilan para siswanya, dengan kata lain mutu sekolah tersebut akan
terungkit.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1)
Kepemimpinan
kepala sekolah sangat menentukan kinerja guru. Jadi kemajuan organisasi sekolah
sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola organisasi
sekolahnya.
2) Untuk melibatkan atau meningkatkan peran guru
secara penuh dalam organiasi sekolah tempatnya bekerja, diperlukan sebuah
strategi yang ampuh dari kepala sekolah untuk membangun komitmen para guru
maupun pengelola yang ada dalam organiasi sekolah tersebut.
3) Pengelolaan organisasi sekolah oleh kepala sekolah
akan dapat berjalan lancar dengan cara membuat sistem perencanaan yang bagus,
baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, sehingga siapapun
kepala sekolah penerusnya nanti akan dapat mempedomani program yang sudah ada
tersebut, kalaupun diperlukan sedikit-sedikit perbaikan pada beberapa sub
program dimaksud.
4) Peran Kepala Sekolah
dalam fungsinya sebagai pengambil kebijakan di sekolah sangat penting, untuk
itu rektutmen kepala sekolah khususnya teknik kepemimpinannya harus menjadi
prioritas utama.
DAFTAR PUSTAKA
Wahjosumidjo (1995). Kepemimpinan
Kepala Sekolah: Tinjauan Teori dan Permasalahannya. Jakarta. PT Radja
Grafindo Persada.
Rostiyah NK. 1989, Masalah
- Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Soedijarto.
2002, Rekrulmen. Pendidikan dan
Penempatan Serta Pemhinaan Guru Untuk Menunjany, Pendidikan Yang Relevan dan
Bermutu. Jakarta PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pidarta.
Made. 1983, Suatu Konsep Tentang Pengembangan Sikap Keguruan Profesional, Jurnal Analisis Pendidikan Th. I (3). 20
- 24.
Pidarta,
Made, 1990. Perencanaan Pendidikan
Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta, Rineka Cipta.
Permadi,
Dadi, 1999. Kepemimpinan Mandidik
(Professional) Kepala Sekolah. Bandung: PT. Sarana Panca Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar